MAKALAH
PENGERTIAN
ISTILAH, FONOLOGI, FONEMIK, FONETIK
ALAT
UCAP DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA
DISUSUN OLEH
WA ODE ASTRID
APRIYANTI (022201014)
WIWID RAHMADANI
(022201018)
NURLINA (022201009)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BUTON
BAUBAU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah suatu system lambang bunyi
yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh karena itu, pengajaran
Bahasa indonesia pada hakikatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa
yang baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai Bahasa indonesia
tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa kedalam tuturan Bahasa indonesia.
Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam Bahasa indonesia, tetapi dengan
lafal atau intonasi jawa, batak, bugis, sunda dan lain-lain. Kalau mendengar
orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar
tuntutan bunyi Bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar suara menaik
dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian agak lama,
fonologi merupakan urutan paling bawah atau paling dasar dalam hierarki kajian
linguistik. Yang dikaji fonologi ialah bunyi-bunyi Bahasa sebagai satuan terkecil
dari ujaran beserta dengan "gabungan "antar bunyi yang membentuk
silabel atau suku kata. Serta juga dengan unsur-unsur suprasegmental, seperti
tekanan, nada,
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
timbul beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan Fonolog, fonemik dan Fonetiki?
2. jelaskan
Alat Ucap dan Produksi Bunyi Bahasa
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui tentang fonologi, fonemik dan Fonetik
2. Untuk mengetahui Alat Ucap dan Produksi Bunyi Bahasa
D. Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat dari penyusunan makalah ini ialah sebagai menambah wawasan terkait
tentang Pengertian istilah Fonologi, Fonemik, dan Fonetik, Alat Ucap dan
Produksi Bunyi Bahasa, serta dijadikan sebagai bahan referensi dalam dunia
pendidikan agar dapat memahami apa fonologi, fonemik dan Fonetik, Alat Ucap dan
Produksi Bunyi Bahasa, dalam sebuah pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Istilah
Fonologi, Fonemik, Fonetik
1. Fonologi
Fonologi berasal dari
Bahasa yunani yaitu phone = 'bunyi',logos = 'ilmu' Secara harfiah, fonologi
adalah ilmu bunyi.
Secara etimologi istilah
" fonologi", ini berasal dari gabungan kata fon yang berarti
'bunyi',dan logi yang berarti 'ilmu' Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim
diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas,
membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi Bahasa yang diproduksi oleh
alat-alat ucap manusia. Fonologi mengkaji bunyi Bahasa secara umum dan
fungsional. Menurut abdul chaer (2010:100).
Jadi, secara sederhana
dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi
Bahasa pada umumnya.
Runtunan bunyi Bahasa ini
dapat dianalisis atau disegementasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan
kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam
runtunan bunyi itu. Fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi
pada persoalan struktur internal kata sintaksis pada persoalan susunan kata
dalam kalimat, semantic pada persoalan makna kata. Kajian mendalam tentang
bunyi-bunyi ujar ini diselidiki oleh cabang linguistic yang disebut fonologi.
Dapat disimpulkan bahwa
fonologi ialah bidang linguistic atau ilmu Bahasa yang menyelidiki,
memperlajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi Bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.1 1 Abdul Chaer (2009, Fonologi Bahasa
Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta) hlm 1
2. Fonemik
Fonetik (phonetics) ialah
ilmu yang memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembwda makna dal; am suatu
bahasa (langue). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau
ujaran (parole), fonetik juga termasuk ilmu interdesipliner.
Fonetik juga diartikan
sebagai ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi
bahasa; ilmu interdesipliner linguistik dengan fisika, amnatomi, dan psikologi;
fonetik juga diartikan sistem bunyi bahasa (Kridalaksana, 1984: 54) mempelajari
bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
Fonetik adalah bidang
linguistik yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian,
menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan ada tiga jenis
fonetik, yaitu foetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Fonetik artikulatoris,
ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat berbicara yang ada
dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Glenson. 1955:239-256; Malmberg,
1963:21- 28). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan.
Fonetik artikulatoris,
ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat berbicara yang ada
dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Glenson. 1955:239-256; Malmberg,
1963:21- 28). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana
bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya. Fonetk jenis ini
banyak berkaitan dengan linguistik sehingga oleh para linguis khususnya para
ahli fonetik cenderung dimasukkan ke dalam linguistik. Fonetik artikulatoris
disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dan menghasilkan bunyi bahasa, serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. amplitudonya, intensitasnya, dan hitam
dan coionionto
Fonetik akustik
mempelajari bunyi bahasa sebagai peritiwa fisis atau fenomena alam (Malberg,
1963:5-20). Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, timbrenya. Ilmu
yang mempelajari hakikat bunyi dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan hakikat
bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam
laboratorium fonetis, berguna untuk pemvbuatan telepon, perekam piringan hitam
dan sejenisnya.
Sedangkan fonetik
auditoris
mempelajari bagaimana
mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik
audiotoris lebih berkenaan dengan kedokteran, yaitu neurologi, meskipun tidak
tertutup kemungkinan linguistik juga bekerja dalam kedua bidang fonetik itu.
3. Fonetik
Objek kajian fonemik
adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna
kata. Kalau dalam fonetik, misalnya, kita meneliti bunyi /a/ yang berbeda pada
kata-kata misalnya, lancar, tawa, dan lain, maka dalam fonemik kita meneliti
apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika
tidak membedakan makna adalah bukan fonem.
B. Alat
ucap dan produksi bunyi bahasa
1.
Alat Ucap
proses
terjadinya bunyi bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan
paru-paru yang mengakibatkan udara yang ada di rongga paru-paru terdesak
keluar. Pada waktu yang sama alat ucap manusia atau alat bicara melakukan
gerakan-gerakan tertentu terutama bagian mulut, hingga udara yang keluar ada
yang terhalang seluruhnya, terhalang sebagian, dan tidak terhalang. Gerakan
alat bicara inilah yang menghasilkan berbagai bunyi bahasa sesuai dengan
kebutuhan si pembicara.
Menganalisis
Fungsi Alat Ucap,
Hans
Lapoliwa (1984) menagatakan alat ucap adalah paru-paru, pita suara, lidah,
bibir dan sebagainya selain sebagai alat bicara dia berfungsi juga dalam meneruskan
kelangsungan hidup manusia. MisalnyaMisalnya:
(1) Paru-paru
Berfungsi untuk menghisap
zat pembakar (O2) untuk disalurkan ke seluruh tubuh, menyalurkan asam arang
(CO2) ke luar tubuh, dan sumber udara bunyi bahasa;
(2) Lidah
Berfungsi untuk memindah-mindahkan
makanan yang sedang dikunyah, alat perasa untuk mencegah masuknya makanan yang
tidak baik, seperti batu, pasir dan tulang, dan pembentuk bunyi-bunyi bahasa
yang dominan dalam berbicara;
(3) Bibir
Berfungsi sebagai pintu
gerbang yang dapat mencegah atau membolehkan segala sesuatu masuk ke dalam
mulut dan membentuk bunyi bibir (bilabial) seperti bunyi [m, b, p,].
Letak
alat ucap dapat dibagi tiga, yaitu letak pada bagian badan, bagian tenggorokan
dan bagian kepala.
a.
Bagian Badan
Alat
ucap bagian badan adalah paru-paru, sekat rongga perut dan sekat rongga dada.
Berkaitan dengan itu, kita mengenal pernafasan perut dan pernafasan dada.
Pernafasan perut terjadi karena otot sekat rongga perut (diafragma) berkontraksi
sehingga menyebabkan kedudukan diafragma mendatar, rongga dada membesar,
paru-paru mengembang, tekanan di paru-paru menjadi kecil, mengakibatkan udara
dari luar tubuh masuk ke paru-paru. Selanjutnya, sekat rongga perut melemas
menyebabkan kedudukan diafragma melengkung, rongga dada mengecil, tekanan di
paru-paru membesar, mengakibatkan udara yang ada di paru-paru terdesak keluar.
b.
Bagian Tenggorokan
Alat
tubuh yang dijumpai bagian tenggorokan ialah batang tenggorokan (trachea),
pangkal tenggorokan (laring, larynx), dan rongga kerongkongan (faring,
pharynx). Laring terletak di pangkal lidah. Di sebelah bawah terdapat dua
saluran yaitu saluran makanan ke lambung (esofagus) dan satu lagisaluran
pernafasan. Pada laring terdapat kotak suara yang terdiri dari:
(1)
Tiroid (tulang rawan) yang dinamakan juga jakun, Adam’s apple, terdapat disebelah
leher. Pada lelaki tiroid ini lebih tampak atau menonjol.
(2)
Artenoid (tulang rawan berbentuk piramid) letaknya di atas krikoid yang terletak
di sebelah belakang leher.
(3)
Vokal cord (Pita suara) yang membentang dari tiroid ke artenoid. Pita suara dapat
membuka dan menutup dengan kondisi; terbuka lebar, terbuka, tertutup, tertutup
rapat, serta dapat pula bergetar dan tak bergetar.
(4) Glottis,
yaitu celah yang ditimbulkan oleh membuka dan menutupnya pita suara
c. Bagian Kepala
Bagian kepala terdapat
tiga buah rongga, yaitu rongga mulut, rongga hidung dan rongga faring. Di
sebelah atas rongga mulut terdapat sederetan gigi atas, pangakal gigi,
langit-langit keras, langit-langit lembut dan anak tekak. Bagian bawah terdapat
sederetan gigi bawah dan lidah. Di sebelah belakang dibatasi dinding faring. Di
sebelah depan terdapat bibir atas dan bibir bawah.
Alat ucap berbeda dengan
alat bicara. Alat ucap umumnya dijumpai pada bagian mulut, sedangkan alat
bicara meliputi dua pertiga bagian tubuh, seperti; sekat rongga dada, sekat
rongga perut, paru-paru, tenggorokan, mulut, mata, telinga. Sedangkan alat ucap
bagiaan di mulut yang dapat digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.
Dalam berbagai buku fonologi alat ucap sering dikatakan dengan istilah “speech organs‟
atau dengan istilah popular, yaitu artikulasi.
Artikulasi dalam mulut
itu dapat dibagi dua yaitu artikulasi aktif (artikulator), yaitu bagian mulut
yang dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yakni bagian mulut
sebelah bawah atau rahang bawah. Yang kedua adalah artikulasi pasif (tititk artikulasi)
yaitu bagian mulut yang tidak dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi
bahasa, yaitu bagian mulut sebelah atas.
2. Produksi Bunyi Bahasa
proses terjadinya bunyi
bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan paru-paru yang
mengakibatkan udara yang ada di rongga paru-paru terdesak keluar sehigga alat ucap
manusia atau alat bicara melakukan gerakan-gerakan tertentu terutama bagian
mulut, hingga udara yang keluar ada yang terhalang seluruhnya, terhalang sebagian,
dan tidak terhalang. Gerakan alat bicara inilah yang menghasilkan berbagai
bunyi bahasa sesuai dengan kebutuhan si pembicara.
Menganalisis dan
Mengidentifikasi Proses Pembentukan Bunyi Bahasa secara Bersama-Sama.
Getaran udara yang masuk
ke telinga dapat berupa bunyi atau suara. Getaran udara yang dinamakan bunyi
itu dapat terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan.
Biola yang sedang dimainkan, dua telapak tangan yang ditepukkan, atau piring
yang jatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang dapat ditangkap oleh telinga
manusia. BunyiBunyi sebagai getaran udara dapat pula merupakan hasil yang
dibuat oleh alat ucap manusia seperi pita suara, lidah, dan bibur. Bunyi bahasa
dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa dapat terwujud
dalam nyanyian atau dalam tuturan.
Cara kerja Alat Ucap
dalam Menghasilkan Bunyi Bahasa
Pada umumnya manusia
berkomunikasi melalui bahasa dengan cara menulis atau berbicara. Kalau
komunikasi itu diakukan dengan tulisan, tidak ada alat ucap yang ikut terlibat
di dalamnya. Sebaliknya, kalau komunikasi tersebut dilakukan secara lisan, alat
ucap memegang peranan yang sangat penting. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada
tiga faktor utama yang terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang
menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran.
Proses pembentukan bunyi
bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada
saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga yang berupa arus
udara Arus udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara yang terletak
pada pangkal tenggorokan atau laring Arus udara dari paru-paru itu dapat
membuka kedua pita suara yang merapat sehingga menghasilkan ciri-ciri bunyi
tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di
sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang terdiri
atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidung menghasilkan bunyi bahasa
yang berbeda-beda. Udara dari paru-paru dapat keluar melalui rongga mulut, rongga
hidung, atau lewat rongga mulut dan rongga hidung sekaligus.
Bunyi bahasa yang arus
udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral; bunyi bahasa yang arus
udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau atau bunyi nnasal
Bunyi bahasa yang arus
udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut
bunyi yang disengaukan atau dinasalisasi.
Berdasarkan ada tidaknya
rintangan terhadap arus udara dalam suara, bunyi.bahasa dapat dibedakan menjadi
dua kelompok:
Vokal dan konsonan.
Bunyi Vocal adalah bunyi
bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan kualitasnya ditentukan oleh
tiga factor:
tinggi-rendahnya posisi
lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal
itu. Pada saat vokal diucapkan, lidah dapat dinaikkan atau diturunkan bersama
rahang. Bagian lidah yang dinaikkan atau diturunkan itu adalah bagian depan,
tengah, atau belakang.
Bunyi konsonan dibuat
dengan cara yang berbeda. Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang
terlibat: keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap,
dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan. Untuk kebanyakan bahasa,
pita suara selalu merapat dalam pelafalan vokal. Akan tetapi, pada pelafalan
konsonan pita suara itu mungkin merapat tetapi mungkin juga merenggang, seperi
telah dinyatakan terdahulu. Dengan kata lain, suatu konsonan dapat
dikategorikan sebagai konsonan yang bersuara atau yang tak bersuara. Misalnya,
[P] dan [t] adalah konsonan yang tak bersuara, sedangkan [b] dan [d] adalah
konsonan yang bersuara.
Alat ucap yang bergerak
untuk membentuk burnyi bahasa dinamakan artikulator: bibir bawah, gigi bawah,
dan lidah.
Daerah yang disentuh atau
didekati oleh articulator dnamakan
daerah artikulasi: bibir
atas, gigi atas, gusi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan anak
tekak. Bila dua bibir berkatup, daerah artikulasinya adalah bibir atas,
sedangkan bibir bawah bertindak sebagai artikulator.
Berdasarkan cara artikulasinya,
bunyi bahasa dibagi menjadi beberapa macam. Bila udara dari paru-paru dihambat
secara total, maka buryi yang dilhasilkan dengan cara artikulasi semacam itu
dinamakan bunyi hambat. Bunyi [p] dan [b] adalah bunyi hambat, tetapi [m] bukan
bunyi hambat karena udara mengalir lewat hidung. Apabila arus udara melewati
saluran yang sempit, maka akan terdengar bunyi desis. Bunyi demikian disebut
bunyi frikatif, misalnya [f] dan [s]. Apabila ujung lidah bersentuhan dengan
gusi dan udara keluar melalui samping lidah, maka bunyi yang dihasilkan dengan
cara artikulasi seperti itu disebut bunyi lateral, missal [l]. kalau ujung
lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang, bunyi yang dihasilkan itu dinamakan
bunyi getar, misalnya [r].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada
pembahasan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Fonologi adalah cabang
ilmu bahasa (linguistic) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya
dan perubahannya.
Fonologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional.
Istilah fonem dapat
didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan
posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis
berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon.
Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyajn bunyi bahasa
indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan,
diftong, dan kluster. Dalam hal ini kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi
yang ditunjukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka
pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fenomisasi itu bertujuan untuk
Mentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan membuat ortografi yang praktis
atau ejaan sebuah bahasa. Gejala fonologi bahasa indonesia termasuk didalamnya
yaitu penambahan fonem, kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran
kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa indonesia tidak membedakan makna.
Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa
janggal.
C. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan
yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada
diri kita. Cara menggambarkan potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara
mempelajari makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi
Bahasa Indonesia. Jakarta.: PT Bumi Aksara
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
https://www.academia.edu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar