MAKALAH
DERIVASIONAL, INFLEKSIONAL, ABREVIASI, PERUBAHAN ZERO
PROSES MORFOFONEMIK
DOSEN PENGAMPU
ASRUL NAZAR S.Pd,M.Pd
KELOMPOK 5
AMELIA (022201017)
RAMLAH RAM
(022201016)
WIWID RAHMADANI (022201008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2023
KATA PENGANTAR
Assalamua’ alaikum warahmatullahi wabarakatu
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makala ini dengan tepat waktu
.Tanpa pertolongan – Nya tentu kami tidak sanggup menyelesaikan makala ini
dengan baik,Shalawat serta salam semoga berlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya
diakhirat kelak..
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehatnya ,baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makala dengan judul “DERIVASIONAL,
INFLEKSIONAL, ABREVIASI, PERUBAHAN ZERO, DAN PROSES MORFOFONEMIK”.
Kami tentu menyadari bahwa makala ini masih
jauh dari kata sempurna dan banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamya. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan.
Baubau, 26 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.......................................................................2
C. Tujuan
Penulisan.........................................................................2
D. Manfaat
penulisan.......................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
A. Derivasional,Infleksional,Abreviasi,dan
Perubahan Zero..........
B. Proses
Morfofonemik.................................................................
BAB III
PENUTUP.....................................................................................
A. Simpulan.....................................................................................
B. Saran...........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengakibatkan perkembangan bahasa. Hal tersebut
menunjukkan, makin maju suatu bangsa serta makin
modern kehidupannya, makin berkembang pula bahasanya. Perkembangan bahasa harus sejalan dan seiring dengan
kemajuan kebudayaan serta peradaban bangsa
sebagai pemilik dan pemakai bahasa tersebut. Ba’dudu, (1993) (dalam Putrayasa, 2010). Bahasa merupakan suatu
ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyapaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara
dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa
yang diungkapkan.
Derivasi (derivational) adalah proses imbuhan
terhadap suatu suku kata yang berakibat mengubah kelas kata tersebut, misalnya
imbuhan pada kata “sing” menjadi“singer”. Sing adalah kata kerja yang berarti
menyanyi, ketika mendapatkan imbuhan“er” maka berubah menjadi kata benda “singer”
yang berarti penyanyi. Oleh karenaitulah Pembentukan kata secara derivative
dapat membentuk kata baru, kata yangidentitas leksikalnya tidak sama
dengan kata dasarnya.
Salah satu
pandangan De Saussure ialah bahwa bahasa adalah sistem tandalingual yang
merupakan paduan yang saling mensyaratkan antara aspek “bentuk”(signifiant) dan aspek “yang
ditandai, arti” (signifie) (Verhaar, 1996: 3). Pandangan itu mengimplikasikan
bahwa analisis bahasa, khususnya morfologi selalu didasarkan atas kesepadanan
(korespodensi) sistematis antara ciri bentuk dengan ciri arti yang terdapat pada bahasa, termasuk bahasa
Indonesia. Segi-segi kebahasaan yang bersifatmengatur tersebut secara morfologis
terdapat proses morfemis atau pembentukan kata yang disebut dengan infleksi dan
derivasi.
Penggabungan
kata dasar dengan imbuhan dapat menimbulkan bentuk derivasional dan
infleksional. Derivasional bersifat mengubah kelas kata, sedangkan infleksional
bersifat tidak mengubah kelas kata Djajasudarma, (1993) dalan Ba’dudu dan
Herman (2010). Derivasional dan infleksional dalam berbahasa sangat penting
karena kekurang tepatan membubuhkan afiks pada sebuah kata akan mempengaruhi arti dan
fungsi kata dalam kalimat. Makin cermat seseorang membubuhkan afiks pada sebuah
kata dasar dalam kalimat, makin mudah maksud kata tersebut dipahami, baik boleh
pendengar maupun pembaca.
Kaidah – kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia
sangat perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminilisasi.seberapa
jauh penutur bahasa Indonesia menggunakan kata kata menyimpang dari kaidah morfofonemik?seperti apa contoh kesalahan yang
dilakukan?tulisan ini mencoba mengungkapkan beberapa bentuk baik bentuk
tulisan maupun lisan,dan meluruskan polemik tersebur dengan berlandaskan pada
kaidah – kaidah morfofomik dalam bahasa indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka timbul
beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan derivasional?
2. Apa yang dimaksud dengan infleksional?
3. Apa yang dimaksud dengan abreviasi?
4. Apa yang dimaksud dengan perubahan zero?
5. Bagaimana proses perubahan fonem?
6. Bagaimana proses penambahan fonem?
7. Bagaimana proses hilangnya fonem?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan makala ini diantara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan derivasional.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infleksional.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
abreviasi.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
perubahan zero.
5. Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
6. Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
7. Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makala ini antara lain:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan derivasional.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
infleksional.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
abreviasi.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
perubahan zero.
5. Mengetahui proses perubahan fonem.
6. Mengetahui proses penambahan fonem.
7. Mengetahui proses hilangnya fonem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Derivasional
1. Pengertian Derivasional
Derivasional adalah
proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbentuknya berbagai macam
bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut berubah kelas katanya
dari kata dasarnya.
Bauer (1988:
12-13) menyatakan bahwa derivasi adalah proses morfologis yang menghasilkan
morfem baru; Derivasional adalah proses morfologis yang menghasilkan kata baru
dari kata dasar dengan mengubah kelas kata atau makna kata dasarnya. Proses
derivasional dapat dilakukan dengan menambahkan afiks (morfem terikat) pada
kata dasar.Afiks yang digunakan dalam proses derivasional dapat berupa prefiks,
sufiks, infiks, atau konfiks. Prefiks adalah afiks yang diletakkan di awal kata
dasar, sufiks adalah afiks yang diletakkan di akhir kata dasar, infiks adalah
afiks yang dibubuhkan ke dalam kata dasar, dan konfiks adalah gabungan dari
prefiks dan sufiks. derivasional dapat digunakan untuk memperkaya
kosakata bahasa. Dengan menggunakan proses derivasional, kita dapat membentuk
kata baru dengan makna yang berbeda dari kata dasarnya
2.
Pengertian Infleksional
Infleksional adalah kontruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya, (Samsuri,
1980) (dalam Putrayasa, 2010:113). Dapat juga dikatakan bahwa infleksional adalah proses morfologi
karena afiksasi yang menyebabkan
terbentuknya berbagai bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut tetap dalam kelas kata-kata yang
sama. Jadi tidak terjadi perubahan kelas kata, (Clark, 1981).Menurut Kridalaksana, (1993:830) mengatakan bahwa infleksi adalah perubahan bentuk kata
yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal yang mencakup deklinasi nomina,
pronomina, ajektiva, dan konjungsi verba, serta merupakan unsur yang ditambahkan pada
sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa infleksional adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah
identitas leksikal kata
itu atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan
bentuk sebuah kata kerja
dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata
seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah.
Selain itu,
infleksional selalu berkaitan dengan konjugasi dan deklinasi. Konjugasi adalah alternasi infleksional
pada verba, dan deklinasi adalah alternasi infleksional pada nomina dan pada kelas-kelas kata yang dapat disebut “Nominal”, seperti “Pronomina” dan
“Adjektiva”. Pronomina adalah dekat pada nomina karena mengganti nomina (maka dari itu: “pro-”,
artinya sebagai pengganti), yaitu dalam konteks; dan
adjektiva adalah dekat pada nomina oleh karena
“Menyesuaikan diri” pada nomina yang dimodifikasi olehnya dengan cara yang bermacam-macam.
Infleksional
dapat berupa segmental atau nosegmental.dan bentuk Segmental sendiri dibagi menjadi dua, yaitu afiksasi
dan reduplikasi. Fleksi afiksasional adalah
fleksi dengan afiks. Afiks dalam bahasa indonesia
ada beberapa macam berdasarkan tempatnya
yaitu, prefiks, sufiks,
infiks dan konfiks.
Bila nonsegmental dapat berupa modifikasi vokal dan suprasegmental.
3. Pengertian Abreviasi
Abreviasi
sering digunakan dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Abreviasi adalah salah satu bentuk dampak dari perkembangan penggunaan
bahasa agar praktis dalam berkomunikasi yaitu dengan pemendekan kata. Dalam hal
ini, maraknya penggunaan abreviasi karena adanya kebutuhan manusia untuk
berkomunikasi
secara cepat, mudah, dan hemat. Seiring
perkembangan zaman,
pertumbuhan budaya, teknologi,
ilmu pengetahuan, dan bahasa Indonesia akan selalu mengalami pertumbuhan. Salah satu dampak dari
perkembangan penggunaan bahasa, penambahan kata baru yaitu abreviasi yang
semakin banyak dan beragam. Dalam hal ini, bahasa dikatakan bersifat dinamis.
“Bahasa bersifat dinamis yaitu bahasa yang dimiliki oleh manusia yang tidak
akan lepas dari segala kegiatan baik itu dalam kenyataan maupun dalam mimpi,
karena manusia sebagai makhluk yang vmemiliki budaya dan bermasyarakat” (Chaer, 2014:53).
Jika kegiatan manusia dalam masyarakat ada perubahan, maka bahasa yang
digunakan akan ikut berubah. Dalam hal ini bahasa dikatakan bersifat dinamis,
karena bahasa dapat berubah atau tidak tetap.
Kridalaksana
(2007:159) mengemukakan “abreviasi adalah proses penggalan satu atau beberapa bagian leksem
atau kombinasi leksem sehingga menjadi bentuk baru yang berstatus kata”. Abreviasi
adalah proses penggalan sebagian atau beberapa bagian leksem yang
membentuk kata baru tanpa
mengubah arti (Sudjalil, 73 :2018). Menurut Ariyanto (dalam Yunita, 2014:13)
“proses pemendekan. (abreviasi) termasuk salah satu dalam proses pembentukan
kata dalam bahasa Indonesia selain proses pengulang (reduplikasi), pengimbuhan
(afiksasi) dan pemajemukan (komposisi)”. Seiring perkembangan zaman yang sangat
pesat, fenomena ini muncul karena manusia sering menggunakan bahasa secara
cepat dan hemat. Kridalaksana (2007:159) mengatakan bahwa “abreviasi memiliki
istilah lain yaitu pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan”.
“Abreviasi dapat dibagi menjadi lima yaitu singkatan misalnya SIM (Surat Izin
Mengemudi), akronim misalnya
pemilu (pemilihan umum), penggalan misalnya Prof. (Profesor), kontraksi
misalnya takkan (tidak akan) dan lambang huruf misalnya cm (sentimeter)”
(Kridalaksana, 2007:16
Penggunaan abreviasi harus
diperhatikan, karena jika
menggunakan abreviasi yang
salah, maka kemungkinan besar informasi yang disampaikan tepat kepada pembaca
karena bisa memunculkan suatu multitafsir. Kridalaksana (2007:159) mengemukakan
“kependekan tidak akan menimbulkan kesukaran pada para pemakai bahasa, tetapi
kesulitan tersebut akan timbul dalam menghadapi kependekan yang jarang dipakai
atau dipakai dalam bidang yang amat khusus”. Berdasarkan uraian di atas,
peristiwa abreviasi tersebut bertumpang tindih antara abreviasi yang satu
dengan abreviasi yang lainnya.
4. Perubahan zero
Menurut Kridalaksana(2009:47) derivasi zero adalah proses morfologi
yang mengubah leksem menjadi kata tanpa penambah atau pengurangan apapun. Derivasi zero adalah proses pembentukkan kata yang mengubah leksem
tunggal menjadi kata tunggal. Leksem tidur yang berupa leksem tunggal,
misalnya, dapat berubah menjadin kata tunggal tidur melalui proses morfologis
derivasi zero. Selama ini kita menyebut kata tidur sebagai kata dasar. Padahal,
sebelum menjadi kata tidur adalah sebuh leksem. Demikian juga kata kat kata
dasar yang lain seperti rumah, tanah, air, sungai, laut, langit, kursi, meja,
lemari, minum, jongkok, berdiri, bingung, cerdas, tinggi, ramai, sepi, hitam,
putih, dan merah, sebelum melalui morfologis derivasi zero menjadi
kata, bentuk bentuk tersebut
adalah leksem (Arifin,Zaenal dan Junaiyah 2009:9-10).
Derivasi
merupakan proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru, sedangkan kata
zero merupakan pengertian satuan angka yang berjumlah nol. Pengertian dua kata
tersebut dapat menghasilkan derivasi zero atau perubahan tanwujud ialah proses
leksemik yang mengolah leksem tunggal menjadi (kosa) kata tunggal. Pada proses
ini, leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apaapa atau tidak mengalami
proses perubahan apapun (kridalaksana dalam Sudaryat, 2009:70). Misalnya,
leksem lupa merupakan leksem tunggal dalam derivasi zero terjadi proses
morfologi afiksasi itu tidak akan mengubah kata akan tetapi kata lupa menjadi
kosa kata tanpa pemrolehan afiks
B. Proses Morfofonemik
Morfofonemik adalah cabang linguistik yang
mempelajari perubahan bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Proses
morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem
dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam
pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik
prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat
kita lihat misalnya pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me-
tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-,
menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan
kaidah
yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf alomorf
yang bersangkutan secara fonemis.
1. Perubahan Fonem
Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi
/ń/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan /s,s,c,j/.
Misalnya :
meN- + sapu = menyapu
peN- + cari =
peńcari
peN- + judi =
penjudi
Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem
{ber-}, {per-}, {per- an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi
perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-},
{per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar.
Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi
{praktik} apabila bertemu dengan afiks —an
atau afiks —um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem
{praktek}
dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada bentuk dasar
apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah
menjadi {apotek} apabila
bertemu dengan afiks —er (Sumadi, 2010:143).
2. Penambahan
Fonem
Proses penambahan fonem terjadi karena adanya pertemuan
morfem meN- dengan bentuk dasar
yang terdiri atas dua suku kata.
Fonem tambahannya adalah /g/, sehingga meN- berubah
menjadi menge-
Misalnya :
meN- + bom = mengebom
peN- + bor = pengebor
meN- + bur = mengebur
Fonem tambahan /e/ juga terjadi pada :
peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga :
peN- => penge-
peN- + bom => pengebom
peN- + cat => pengecat
peN-+ las => pengelas
Penambahan
fonem /w/ apabila bentuk dasar
berakhiran dengan/u,o,aw/ Contoh :
peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan
peN-an +
toko => pertokoan / pertokowan
peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan
Penambahan
fonem /Y/ apabila bentuk dasar
berakhiran dengan /i,ay/ Contoh :
an + hari => harian / hariyan
-an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan
ke-an
+ lestari => kelestarian
Pada contoh-contoh tersebut di atas
jelaslah bahwa selain
proses penambahan fonem //, terjadi juga proses perubahan
fonem, ialah perubahan fonem /N/
menjadi /ɧ/. Akibat pertemuan morfem {—an}, {ke-an}, dan {peN- an} dengan
bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /1/ apabila bentuk dasar itu berakhir
dengan vocal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/,
/o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir
dengan /i/ dan /ay/.
3.
Hilangnya Fonem
Proses hilangnnya fonem /ng/ pada meng-dan peng-
terjadi karena adanya pertemuan morfem meng- dan peng-
dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w,dan
nasal/.
Misalnya :
meng- + lerai = melerai
per- + ragakan = peragakan
ber-
+ rapat = berapat
Berdasarkan pendapat
dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan mengklasifikasikan kedua pendapat
tersebut sehingga terdapat delapan jenis morfofonemik, yaitu:
Proses Perubahan Bunyi Misalnya :
PeN-an + Sandra = penyandra
Ke-an + punya = kepunyaan
pem-an + buka =
pembukaan
Proses Penghilangan Bunyi Misalnya :
ber- + rumah = berumah
ter- + rasa = terasa
per-+ ramping = peramping
Proses pengekalan bunyi misalnya :
ter- + pukul = terpukul
ber- + hasil = berhasil
Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi Misalnya :
meN- + suplai
= mensuplai
meN- + kensel = mengkensel
Proses perubahan dan
pengekalan bunyi Misalnya :
meng- + kukur = mengkukur
peng- + kaji = pengkaji
Pergeseran/ perubahan posisi fonem ( konsonan) Misalnya :
teliti
+ peng-an menjad /pe-ne-li-ti-yan/
bantu + an menjadi /ka-ji-yan/
bantu + -an menjadi /ban-tu-wan/
Fonem-fonem /p,t,s,k/
pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan morfem meN-
Contoh :
meN- + paksa => memaksa meN- + tulis
=> menulis meN- + sapu => menyapu
meN- + karang => mengarang peN-
+ pangkas => pemangkas peN- + tulis => penulis
peN- + sapu => penyapu peN- + karang
=> pengarang
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian diatas, telah dibahas mengenai empat jenis perubahan bentuk kata, yaitu
derivasional, infleksional, abreviasi, dan perubahan zero. Setiap jenis
perubahan bentuk kata memiliki fungsi dan ciri-ciri tersendiri. Derivasional
adalah perubahan bentuk kata yang menghasilkan kata baru dengan makna yang
berbeda. Perubahan bentuk kata derivasional dapat dilakukan dengan menambahkan
afiks, memisahkan kata, atau menggabungkan dua kata.Infleksional adalah
perubahan bentuk kata yang tidak menghasilkan kata baru, tetapi hanya mengubah
makna gramatikal kata. Perubahan bentuk kata infleksional dapat dilakukan
dengan menambahkan afiks, mengubah vokal, atau mengubah suku kata.Abreviasi
adalah perubahan bentuk kata yang dilakukan dengan cara menyingkat kata.
Perubahan bentuk kata abreviasi dapat dilakukan dengan menghilangkan huruf,
menggabungkan huruf, atau mengganti huruf.Perubahan zero adalah perubahan
bentuk kata yang dilakukan tanpa mengubah bentuk kata secara nyata. Perubahan
bentuk kata zero dapat terjadi pada kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Morfofonemik juga
memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti Kridalaksana yaitu proses yang
secara otomatis dan proses yang tidak otomatis, dan proses morfofonemik menurut Ramlan terbagi tiga proses yaitu: Proses perubahan
fonem, proses penambahan fonem dan proses
penghilangan fonem.
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kmai miliki,baik dari
tulisan maupun bahasa yang kami sajikan ,oleh karena itu mohon diberikan
sarannya,agar kami bisa membuat makala lebih baik lagi,dan semoga makala ini
bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami isi
makala ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta
: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul.
2007. Linguistik Umum. Jakarta:
Ramlan,M. 1997. Morfologi:
Suatu Tinjauan (eskriptif. Yogyakarta: CV.Karyono
Verhaar. 2006. sas-asas Linguistik Umum.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar