Tugas Semantik
SEMANTIK BAHASA
INDONESIA
Di Susun Oleh :
Intan Agustiyani
Finatri
Novita R
La ode Fesardi
Valentino
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Linguistik
merupakan ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa merupakan
alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam komunikasi baik secara
lisan maupun tidak lisan. Pada umumnya bahasa yang digunakan dalam suasana
formal akan berbeda jika dibandingkan dengan suasana tidak formal dan bahasa
tertulis sering berbeda pula dengan bahasa lisan. Namun, baik bahasa formal
maupun tidak formal atau bahasa lisan maupun tertulis terdapat satu komponen
yang sangat penting di dalamnya. Komponen penting ini disebut “makna”. Dalam
tataran ilmu linguistik, makna diberi istilah semantik.
Semantik
merupakan ilmu yang dapat dikatakan luas cakupannya. Tidak hanya mempelajari
semantik tetapi juga mempelajari kaitan semantik itu sendiri dengan bidang ilmu
lainnya. Pateda (2001:11) mengemukakan bahwa masalah makna tidak hanya menjadi
urusan ahli yang bergerak di bidang semantik tetapi juga menjadi kajian ahli
yang bergerak di bidang filsafat, logika dan psikologi. Oleh karena itu,
seperti yang sudah disebutkan bahwa ilmu-ilmu yang terkait pasal semantik di
dalamnya antara lain linguistik, psikologi, logika, dan filsafat. Menarik jika
kita paham mengapa semantik memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut. Atas
dasar inilah kami dari kelompok satu berusaha menemukan sumber bagaimana
semantik itu berhubungan dengan disiplin ilmu lain. Pembahasan tentang hubungan
ilmu semantik dengan ilmu linguistik, psikologi, logika, dan filsafat akan
diuraikan satu per satu pada bagian pembahasan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Untuk
mengetahui sejarah semantik?
2. Untuk
mengetahui materi semantik menurut para ahli?
3. Untuk
mengetahui hubungan semantik dengan disiplin ilmu lain?
C.
Tujuan
1. Untuk
mempelajari sejarah semantik
2. Untuk
mempelajari materi semantik menurut para ahli
3. Untuk
mempelajari hubungan semantik dengan disiplin ilmu lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
semantik
Aristosteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup pada
masa 384-322 SM, adalah pemikir pertama yang menggunakan istilah “makna” lewat
batasan pengertian kata yang menurut Aristosteles adalah “satuan terkecil yang
mengandung makna
Pada tahun 1925, seorang kebangsaan Jerman, C. Chr.
Reisig (dalam Aminuddin, 2001:16) mengemukakan konsep baru tentang grammar
yang menurut Reisig meliputi tiga unsur utama, yakni (1) semasiologi,
ilmu tentang tanda, (2) sintaksis, studi tentang kalimat, serta (3) etimologi,
studi tentang asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun kata.
Pada masa ini, istilah semantik itu sendiri belum digunakan meskipun studi
tentangnya sudah dilaksanakan. Sebab itulah, masa tersebut oleh Aminuddin
disebut sebagai masa pertama pertumbuhan yang diistilahkannya dengan underground
period.
Masa kedua pertumbuhan semantik telah ditandai dengan
kehadiran karya Michel Breal (1883), seorang kebangsaan Prancis, lewat
artikelnya berjudul “Les Lois Inteilectuelles du Langage”. Pada masa
itu,meskipun dengan jelas Breal telah menyebutkan semantik sebagai bidang baru
dalam keilmuan, dia seperti halnya Reisig, mesih menyebut semantik sebagai ilmu
yang murni-historis. Dengan kata lain, studi semantik pada masa itu lebih
banyak berkaitan dengan unsur-unsur diluar bahasa itu sendiri
Masa pertumbuhan ketiga pertumbuhan studi tentang
makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia, yakni Gustaf Stern, berjudul
Meaning and Change of Meaning, with Special Referance to the Engllish
Language (1931). Stern dalam kajian itu, sudah melakukan studi makna secara
empiris dengan bertolak dari satu bahasa, yakni bahasa Inggris. Beberapa
puluh tahun sebelum kehadiran karya Stern itu, di Jenawa telah diterbitkan
kumpulan bahan kuliah seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan arah
perkembangan linguistik berikutnya, yakni buku Cours de Linguistique
Generale (1916), karya Ferdinand de Sausure.
Terdapat dua konsep baru yang ditampilkan Saussure dan
merupakan revolusi dalam bidang teori dan penerapan studi kebahasaan. Dua
konsep ini adalah (1) linguistik pada dasarnya studi kebahasaan yang berfokus
pada keberadaan bahasa itu pada waktu tertentu sehingga studi yang dilaksanakan
haruslah menggunakan pendekatan sinkronis atau studi yang bersifat
deskriptif. Sedangkan studi tenntang sejarah dan perkembangan suatu bahasa
adalah kajian kesejarahan yang menggunakan pendekatan diakronis, (2) bahasa
merupakan suatu gestal atau suatu totalitas yang didukung oleh berbagai elemen,
yang elemen yang satu dengan yang lain mengalami saling kebergantungan dalam
rangka membangun keseluruhannya. Wawasan kedua ini, pada sisi lain juga menjadi
akar paham linguistik struktural.
Tokoh yang secara sungguh-sungguh berusaha
mengadaptasikan pendapat Saussure didalam bidang semantik adalah Trier’s. Salah
satu teori profesor berkebangsaan Jerman tersebut adalah Teori Medan Makna.
Dengan diadabtasikannya teori Saussure dalam bidang semantik, maka dalam perkembangan
berikutnya kajian semantik memiliki ciri (1) meskipun semantik masih membahas
masalah perubahan makna, pandangan yang bersifat historis sudah ditinggalkan
kerena kajian yang dilakukan bersifat deskriptif, serta (2) struktur
dalam kosakata mendapat perhatian dalam kajian sehingga dalam kongres para
linguis di Oslo (1957) maupun di Cambridge (1962), masalah “semantik
struktural” merupakan satu masalah yang hangat dibicarakan (Ullmann,
2009:10).
B.
Pengertian
Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris:
semantiks) semula berasal dari bahasa Yunani, sema (kata benda yang
berarti “tanda”) atau “lambang". Kata kerjanya adalah semaino yang
berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang
di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik.
Berdasarkan etimologi kata semantik ini kemudian
disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang
mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Dengan anggapan bahwa makna menjadi
bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
Defenisi semantik menurut para ahli.
a)
Tarigan (1993:13) menyatakan bahwa
semantik menelaah hubungan tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah
penerapannya. Makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan
kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti, dalam keseluruhannya
memiliki tiga tingkatan keberadaan. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi
abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan preposisi
yang benar.
b)
Profesor Samsuri (dalam Aminuddin,
2001:7) mengungkapkan terdapatnya garis hubungan : ‘makna’ à ungkapan à ‘makna’. Apabila makna pada tingkat pertama dan kedua berhubungan dengan
penutur, maka makna pada tingkat ketiga adalah makna yang hadir dalam
komunikasi sesuai dengan butir informasi yang diperoleh penanggap.
c)
Wallace L Chafe (dalam Aminuddin,
2001:8) mengungkapkan bahwa berfikir tentang bahasa, sebanarnya sekaligus juga
telah melibatkan makna
d)
Chaer (2009:12) yang menyatakan
bahwa seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang bekecimpung
dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh
manfaat praktis dan pengetahuan mengenai semantik
C.
Semantik dan
Disiplin Ilmu Lain
Pengetian
yang mudah dipahami perihal semantik disampaikan oleh Verhaar (1999:385) yang
mengemukakan bahwa semantik merupakan cabang dari ilmu linguistik yang meneliti
arti atau makna. Dengan kata lain semantik menjadikan makna sebagai objek
penelitian ataupun kajiannya hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya.
a.
Hubungan semantik
dengan ilmu linguistik
· Pada
tataran cabang ilmu linguistik, cabang ilmu tingkat pertama adalah fonologi.
Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa. Dalam ilmu
fonologi, bunyi bahasa itu dapat membedakan makna. Contoh perbedaan bunyi
bahasa yang membedakan makna yaitu :
- Kata
apel yang bermakna buah dengan kata apel yang bermakna upacara
· Cabang
ilmu linguistik setelah fonologi adalah morfologi. Morfologi merupakan ilmu
yang mengkaji tentang morfem atau kata. Kata yang sudah ditetapkan artinya
dalam kamus tentu berbeda dengan kata yang sudah ditambahkan kata lain
didepannya. Sebagai contoh perhatikan kata dasar dan rangkaian kata lain
berikut.
- Kaki
- Kakimeja
- Cabang
ilmu linguistik setelah morfologi adalah sintaksis. Menurut Rostina Taib
(2012:5) Sintaksis merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antar kata dalam
kalimat. Ruang lingkup yang dipelajari tidak hanya kalimat tetapi juga frasa
dan klausa. Dalam membuat kalimat yang sekurang-kurangnya harus terdiri atas
unsur subjek dan predikat juga harus memiliki makna yang padu,
- katak
yang berlari mengejar musang
- wahyu
memakan batu-bata.
b.
Hubungan semantik
dengan ilmu psikologi
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
psikologi itu merupakan ilmu tentang jiwa. Dalam berkomunikasi menggunakan
kalimat dengan orang lain tentu kalimat yang dihasilkan oleh penulis atau
pembicara bergantung pada suasana hati maupun keadaan jiwanya, sebagai contoh:
- Ucha
sedang malas bertemu dengan Sri
c. Hubungan
semantik dengan ilmu logika
Dalam
berbahasa memang dituntut agar berbahasa yang logis atau masuk akal sehingga
dapat diterima apa yang ingin disampaikan tersebut. Bahasa ilmiah berbeda
dengan bahasa sastra yang tidak menuntut harus selalu menggunakan bahasa yang
bermakna logis karena sastra itu pembebasan pikiran menuju alam imajinasi yang
mampu menciptakan dunia baru yang berbeda dengan dunia nyata yang kita jalani
sebagaimana mestinya. Kembali kepada bahasa yang kita pelajari adalah kalimat-kalimat
yang harus logis. Perhatikan contoh kalimat berikut.
- kambing
menangkap Ina
Bahasa
merupakan sarana berpikir logis sehingga kehadiran makna menjadi hal yang
sangat urgen di sana. Bahasa yang tidak logis seperti bahasa yang tidak
memberikan keterukuran, pengalaman, nyata, dan bersifat kontradiksi tidak
memenuhi bahasa keilmuan atau bahasa ilmiah yang menuntut kelogisan makna di
dalamnya.
a. Hubungan
semantik dengan ilmu filsafat
Dalam ilmu filsafat, bahasa yang
memproduksi kalimat-kalimat untuk berkomunikasi dipertanyakan asal penamaannya.
Filsuf memang orang yang sanggup mempertanyakan kebenaran sampai ke
dasar-dasarnya. Tidak heran jika mereka memiliki pandangan luas dan tidak ingin
dibatasi pemikirannya terhadap kebenaran sesuatu. Perhatikan analisis mereka
terhadap kalimat berikut.
- kelompok
satu sedang mempresentasikan makalah mereka.
- dosen
kami merupakan lulusan luar negeri
Pertanyaan-pertanyaan yang apabila
ditanyakan kepada orang yang bukan ahli filsafat hanya bisa menjawab dengan
kalimat “karena memang sudah seperti itu sejak dulu”. Analisis-analisis yang
membuntukan pemikiran kita sebagai orang yang awam ilmu filsafat.
e. Hubungan semantik dengan ilmu politik
e. Hubungan semantik dengan ilmu politik
Ada satu ilmu lagi yang sangat
mementingkan semantik di dalamnya. Ilmu tersebut adalah ilmu politik. Ilmu
politik merupakan ilmu yang memperlajari tentang seluk-beluk ketatanegaraan
baik mengenai sistem, dasar, maupun siasat negara. Pateda (2001:14) menjelaskan
beberapa contoh keterkaitan semantik dengan ilmu politik. Perhatikan cotoh kalimat
berikut ini.
- pemerintah
sedang berusaha menyesuaikan tarif BBM tahun ini.
- jika
tarif BBM naik tahun ini dikhawatirkan masyarakat akan mengganggu ketertiban.
Urutan kata menyesuaikan tarif pada
contoh kalimat pertama digunakan untuk menggantikan urutan kata menaikkan harga
karena pertimbangan politik. Sebenarnya makna dari kedua urutan kata tersebut
sama. Namun digunakan urutan kata menyesuaikan tarif karena dirasa urutan kata
tersebut lebih halus dan dapat diterima masyarakat dengan mudah. Begitu pula
urutan kata mengganggu ketertiban digunakan untuk menggantikan kata berontak.
Hal yang sama terjadi pada urutan kata ini yaitu digunakan karena lebih halus,
sopan, berpendidikan, dan mudah diterima oleh masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan mengenai sejarah semantik dari berbagai sumber ahli, dapat dinyatakan
bahwa ilmu semantik mulai pada masa Aristosteles, sebagai pemikir Yunani
yang hidup pada masa 384-322 SM, terus mengalami pekembangan hingga sekarang.
Semantik sendiri banyak didefenisikan oleh berbagai
macam ahli bahasa dengan definisi yang sedikit berbeda, sehingga semantik
mengandung pengertian, studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna
menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
Selain itu berdasarkan
pemaparan pada bagian pembahasan tentang hubungan semantik dengan ilmu lainnya
dapat kita ambil kesimpulan bahwa cabang ilmu linguistik yang disebut semantik
ini berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu bahkan ilmu yang sangat
mendasar. Oleh karena semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dalam
artian yang luas ia menjadi sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu
sehingga banyak bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat untuk ilmu yang membahas
seputar bahasa tetapi juga bermanfaat bagi didang ilmu lainnya seperti
psikologi, logika, filsafat, bahkan ilmu politik.
Setelah mempelajari ilmu semantik ini
semoga kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah
diuraikan.
B.
Saran
Semantik dapat dikatakan cabang ilmu
yang sulit karena berbagai macam aspek makna dan dari segi mana makna itu akan
dilihat. Keterkaitannya dengan ilmu lain pun berbeda cara pemaknaannya sehingga
perlu bagi kita untuk benar-benar memahami kembali dasar semantik ini. semoga
setelah mempelajari ilmu semantik kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain
seperti yang sudah diuraikan sehingga ilmu linguistik kita menjadi sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar