Picture

Picture
Picturku

Minggu, 26 April 2015

Semantik Bahasa Indonesia



Tugas Semantik
SEMANTIK BAHASA INDONESIA










Di Susun Oleh :
Intan Agustiyani
Finatri
Novita R
La ode Fesardi Valentino






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Linguistik merupakan ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam komunikasi baik secara lisan maupun tidak lisan. Pada umumnya bahasa yang digunakan dalam suasana formal akan berbeda jika dibandingkan dengan suasana tidak formal dan bahasa tertulis sering berbeda pula dengan bahasa lisan. Namun, baik bahasa formal maupun tidak formal atau bahasa lisan maupun tertulis terdapat satu komponen yang sangat penting di dalamnya. Komponen penting ini disebut “makna”. Dalam tataran ilmu linguistik, makna diberi istilah semantik.
Semantik merupakan ilmu yang dapat dikatakan luas cakupannya. Tidak hanya mempelajari semantik tetapi juga mempelajari kaitan semantik itu sendiri dengan bidang ilmu lainnya. Pateda (2001:11) mengemukakan bahwa masalah makna tidak hanya menjadi urusan ahli yang bergerak di bidang semantik tetapi juga menjadi kajian ahli yang bergerak di bidang filsafat, logika dan psikologi. Oleh karena itu, seperti yang sudah disebutkan bahwa ilmu-ilmu yang terkait pasal semantik di dalamnya antara lain linguistik, psikologi, logika, dan filsafat. Menarik jika kita paham mengapa semantik memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut. Atas dasar inilah kami dari kelompok satu berusaha menemukan sumber bagaimana semantik itu berhubungan dengan disiplin ilmu lain. Pembahasan tentang hubungan ilmu semantik dengan ilmu linguistik, psikologi, logika, dan filsafat akan diuraikan satu per satu pada bagian pembahasan.



B.       Rumusan Masalah 
1.    Untuk mengetahui sejarah semantik?
2.    Untuk mengetahui materi semantik menurut para ahli?
3.    Untuk mengetahui hubungan semantik dengan disiplin ilmu lain?

C.      Tujuan
1.    Untuk mempelajari sejarah semantik
2.    Untuk mempelajari materi semantik menurut para ahli
3.    Untuk mempelajari hubungan semantik dengan disiplin ilmu lain.















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sejarah semantik
Aristosteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup pada masa 384-322 SM, adalah pemikir pertama yang menggunakan istilah “makna” lewat batasan pengertian kata yang menurut Aristosteles adalah “satuan terkecil yang mengandung makna
Pada tahun 1925, seorang kebangsaan Jerman, C. Chr. Reisig (dalam Aminuddin, 2001:16) mengemukakan konsep baru tentang grammar yang menurut Reisig meliputi tiga unsur utama, yakni (1) semasiologi, ilmu tentang tanda, (2) sintaksis, studi tentang kalimat, serta (3) etimologi, studi tentang asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun kata. Pada masa ini, istilah semantik itu sendiri belum digunakan meskipun studi tentangnya sudah dilaksanakan. Sebab itulah, masa tersebut oleh Aminuddin disebut sebagai masa pertama pertumbuhan yang diistilahkannya dengan underground period.
Masa kedua pertumbuhan semantik telah ditandai dengan kehadiran karya Michel Breal (1883), seorang kebangsaan Prancis, lewat artikelnya berjudul “Les Lois Inteilectuelles du Langage”. Pada masa itu,meskipun dengan jelas Breal telah menyebutkan semantik sebagai bidang baru dalam keilmuan, dia seperti halnya Reisig, mesih menyebut semantik sebagai ilmu yang murni-historis. Dengan kata lain, studi semantik pada masa itu lebih banyak berkaitan dengan unsur-unsur diluar bahasa itu sendiri
Masa pertumbuhan ketiga pertumbuhan studi tentang makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia, yakni Gustaf Stern, berjudul Meaning and Change of Meaning, with Special Referance to the Engllish Language (1931). Stern dalam kajian itu, sudah melakukan studi makna secara empiris  dengan bertolak dari satu bahasa, yakni bahasa Inggris. Beberapa puluh tahun sebelum kehadiran karya Stern itu, di Jenawa telah diterbitkan kumpulan bahan kuliah seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan arah perkembangan linguistik berikutnya, yakni buku Cours de Linguistique Generale (1916), karya Ferdinand de Sausure.
Terdapat dua konsep baru yang ditampilkan Saussure dan merupakan revolusi dalam bidang teori dan penerapan studi kebahasaan. Dua konsep ini adalah (1) linguistik pada dasarnya studi kebahasaan yang berfokus pada keberadaan bahasa itu pada waktu tertentu sehingga studi yang dilaksanakan haruslah menggunakan pendekatan sinkronis atau studi yang bersifat deskriptif. Sedangkan studi tenntang sejarah dan perkembangan suatu bahasa adalah kajian kesejarahan yang menggunakan pendekatan diakronis, (2) bahasa merupakan suatu gestal atau suatu totalitas yang didukung oleh berbagai elemen, yang elemen yang satu dengan yang lain mengalami saling kebergantungan dalam rangka membangun keseluruhannya. Wawasan kedua ini, pada sisi lain juga menjadi akar paham linguistik struktural.
Tokoh yang secara sungguh-sungguh berusaha mengadaptasikan pendapat Saussure didalam bidang semantik adalah Trier’s. Salah satu teori profesor berkebangsaan Jerman tersebut adalah Teori Medan Makna. Dengan diadabtasikannya teori Saussure dalam bidang semantik, maka dalam perkembangan berikutnya kajian semantik memiliki ciri (1) meskipun semantik masih membahas masalah perubahan makna, pandangan yang bersifat historis sudah ditinggalkan kerena kajian yang dilakukan bersifat deskriptif, serta (2) struktur dalam kosakata mendapat perhatian dalam kajian sehingga dalam kongres para linguis di Oslo (1957) maupun di Cambridge (1962), masalah “semantik struktural” merupakan satu masalah yang hangat dibicarakan (Ullmann, 2009:10).

B.       Pengertian Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantiks) semula berasal dari bahasa Yunani, sema (kata benda yang berarti “tanda”) atau “lambang". Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik.
Berdasarkan etimologi kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari  hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
Defenisi semantik menurut para ahli.
a)    Tarigan (1993:13) menyatakan bahwa semantik menelaah hubungan tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapannya. Makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar, sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling dimengerti, dalam keseluruhannya memiliki tiga tingkatan keberadaan. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan preposisi yang benar.
b)   Profesor Samsuri (dalam Aminuddin, 2001:7) mengungkapkan terdapatnya garis hubungan : ‘makna’ à ungkapan à ‘makna’. Apabila makna pada tingkat pertama dan kedua berhubungan dengan penutur, maka makna pada tingkat ketiga adalah makna yang hadir dalam komunikasi sesuai dengan butir informasi yang diperoleh penanggap.
c)    Wallace L Chafe (dalam Aminuddin, 2001:8) mengungkapkan bahwa berfikir tentang bahasa, sebanarnya sekaligus juga telah melibatkan makna
d)   Chaer (2009:12) yang menyatakan bahwa seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang bekecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis dan pengetahuan mengenai semantik






C.      Semantik dan Disiplin Ilmu Lain
   Pengetian yang mudah dipahami perihal semantik disampaikan oleh Verhaar (1999:385) yang mengemukakan bahwa semantik merupakan cabang dari ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna. Dengan kata lain semantik menjadikan makna sebagai objek penelitian ataupun kajiannya hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya.
a.         Hubungan semantik dengan ilmu linguistik
·       Pada tataran cabang ilmu linguistik, cabang ilmu tingkat pertama adalah fonologi. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa. Dalam ilmu fonologi, bunyi bahasa itu dapat membedakan makna. Contoh perbedaan bunyi bahasa yang membedakan makna yaitu :
-       Kata apel yang bermakna buah dengan kata apel yang bermakna upacara
·       Cabang ilmu linguistik setelah fonologi adalah morfologi. Morfologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang morfem atau kata. Kata yang sudah ditetapkan artinya dalam kamus tentu berbeda dengan kata yang sudah ditambahkan kata lain didepannya. Sebagai contoh perhatikan kata dasar dan rangkaian kata lain berikut.
-       Kaki
-       Kakimeja
-       Cabang ilmu linguistik setelah morfologi adalah sintaksis. Menurut Rostina Taib (2012:5) Sintaksis merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antar kata dalam kalimat. Ruang lingkup yang dipelajari tidak hanya kalimat tetapi juga frasa dan klausa. Dalam membuat kalimat yang sekurang-kurangnya harus terdiri atas unsur subjek dan predikat juga harus memiliki makna yang padu,
-       katak yang berlari mengejar musang
-       wahyu memakan batu-bata.
b.    Hubungan semantik dengan ilmu psikologi
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa psikologi itu merupakan ilmu tentang jiwa. Dalam berkomunikasi menggunakan kalimat dengan orang lain tentu kalimat yang dihasilkan oleh penulis atau pembicara bergantung pada suasana hati maupun keadaan jiwanya, sebagai contoh:
-       Ucha sedang malas bertemu dengan Sri
c.    Hubungan semantik dengan ilmu logika
Dalam berbahasa memang dituntut agar berbahasa yang logis atau masuk akal sehingga dapat diterima apa yang ingin disampaikan tersebut. Bahasa ilmiah berbeda dengan bahasa sastra yang tidak menuntut harus selalu menggunakan bahasa yang bermakna logis karena sastra itu pembebasan pikiran menuju alam imajinasi yang mampu menciptakan dunia baru yang berbeda dengan dunia nyata yang kita jalani sebagaimana mestinya. Kembali kepada bahasa yang kita pelajari adalah kalimat-kalimat yang harus logis. Perhatikan contoh kalimat berikut.
-       kambing menangkap Ina
Bahasa merupakan sarana berpikir logis sehingga kehadiran makna menjadi hal yang sangat urgen di sana. Bahasa yang tidak logis seperti bahasa yang tidak memberikan keterukuran, pengalaman, nyata, dan bersifat kontradiksi tidak memenuhi bahasa keilmuan atau bahasa ilmiah yang menuntut kelogisan makna di dalamnya.
a.    Hubungan semantik dengan ilmu filsafat
Dalam ilmu filsafat, bahasa yang memproduksi kalimat-kalimat untuk berkomunikasi dipertanyakan asal penamaannya. Filsuf memang orang yang sanggup mempertanyakan kebenaran sampai ke dasar-dasarnya. Tidak heran jika mereka memiliki pandangan luas dan tidak ingin dibatasi pemikirannya terhadap kebenaran sesuatu. Perhatikan analisis mereka terhadap kalimat berikut.
-       kelompok satu sedang mempresentasikan makalah mereka.
-       dosen kami merupakan lulusan luar negeri
Pertanyaan-pertanyaan yang apabila ditanyakan kepada orang yang bukan ahli filsafat hanya bisa menjawab dengan kalimat “karena memang sudah seperti itu sejak dulu”. Analisis-analisis yang membuntukan pemikiran kita sebagai orang yang awam ilmu filsafat.
e. Hubungan semantik dengan ilmu politik
Ada satu ilmu lagi yang sangat mementingkan semantik di dalamnya. Ilmu tersebut adalah ilmu politik. Ilmu politik merupakan ilmu yang memperlajari tentang seluk-beluk ketatanegaraan baik mengenai sistem, dasar, maupun siasat negara. Pateda (2001:14) menjelaskan beberapa contoh keterkaitan semantik dengan ilmu politik. Perhatikan cotoh kalimat berikut ini.
-       pemerintah sedang berusaha menyesuaikan tarif BBM tahun ini.
-       jika tarif BBM naik tahun ini dikhawatirkan masyarakat akan mengganggu ketertiban.
Urutan kata menyesuaikan tarif pada contoh kalimat pertama digunakan untuk menggantikan urutan kata menaikkan harga karena pertimbangan politik. Sebenarnya makna dari kedua urutan kata tersebut sama. Namun digunakan urutan kata menyesuaikan tarif karena dirasa urutan kata tersebut lebih halus dan dapat diterima masyarakat dengan mudah. Begitu pula urutan kata mengganggu ketertiban digunakan untuk menggantikan kata berontak. Hal yang sama terjadi pada urutan kata ini yaitu digunakan karena lebih halus, sopan, berpendidikan, dan mudah diterima oleh masyarakat.










BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai sejarah semantik dari berbagai sumber ahli, dapat dinyatakan bahwa ilmu semantik mulai pada masa Aristosteles, sebagai pemikir Yunani yang hidup pada masa 384-322 SM, terus mengalami pekembangan hingga sekarang.
Semantik sendiri banyak didefenisikan oleh berbagai macam ahli bahasa dengan definisi yang sedikit berbeda, sehingga semantik mengandung pengertian, studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna  menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
Selain itu berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan tentang hubungan semantik dengan ilmu lainnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa cabang ilmu linguistik yang disebut semantik ini berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu bahkan ilmu yang sangat mendasar. Oleh karena semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dalam artian yang luas ia menjadi sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu sehingga banyak bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat untuk ilmu yang membahas seputar bahasa tetapi juga bermanfaat bagi didang ilmu lainnya seperti psikologi, logika, filsafat, bahkan ilmu politik.
Setelah mempelajari ilmu semantik ini semoga kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan.









B.       Saran
Semantik dapat dikatakan cabang ilmu yang sulit karena berbagai macam aspek makna dan dari segi mana makna itu akan dilihat. Keterkaitannya dengan ilmu lain pun berbeda cara pemaknaannya sehingga perlu bagi kita untuk benar-benar memahami kembali dasar semantik ini. semoga setelah mempelajari ilmu semantik kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan sehingga ilmu linguistik kita menjadi sempurna.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar