Picture

Picture
Picturku

Minggu, 26 April 2015

Makna dalam Kata

Makalah


MAKNA DALAM KATA











OLEH
Kelompok 5

SUNARDIN BONE     213010030
AMAT SMAYA           213010047
JULIANI                       213010050
ELVIAN                       213010035   

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
                                                                                   
BAUBAU
2015




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan kepada kita sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini.
Tak lupa pula kami kirimkan salalam dan salawat kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW berserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam kegelapan menjadi alam terang benderang.
Penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada Dosen yang telah memberikan kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya kami penulis. Amin...











Baubau, 04 April 2015


                                                                                                                      Penulis






BAB I
PENAHULUAN
A.    Latar Belakang
Semantik leksikal menekankan  kajian makna pada tingkat kata. Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaiakan pesan dalam uatu komunikasi. Kata berwujud dalam berbagai-bagai bentuk. Kebermacaman bentuk kata tersebut di fokuskan BI yang tentu saja berbeda sistemnya jika dibandingkan dengan bahasa lain didunia ini. Hal tu tidak mengherankan karena setiap bahasa mempunyai sistem (Unlenbeck, 1982:19).
Semantik sebagai subdisiplin linguistik muncul pada abadke-19. Pada tahun 1825 seorang pakar klasik yang bernama C. Reising (lihat Ullman 1972:5; Coserius dan Geckeler 1981:8) mengemukakan pendapatnya tentang tata  bahasa yang dibaginya atas tiga bagian, yakni etimologi, sintaksis, dan semosiologi(semasiology). Semosiologi adalah studi tentang makna, dengan kat lain berpadanan dengan istila semantik. Istila semosiologi berasal dari C. Reising. Berdasarkan pandangan Reising, perkembangan simantik dapat dibagi atas tiga fase
Fase pertama, meliputi masa setenga abad tremasuk didalamnya kegiatan Reising.fase ini biwa disebut the underground period of semantik.
Fase kedua, kedua awal tahun 1880 yang dimulai dengan munculnya buku karya Micheil Breal yang berjudul Essai the semantikue Science des Signification (1897) yang diterjemakan kedalam bahasa inggris Semantics: Studies in the Science of Meaning (1900).
Fase ketiga, yakni tiga dekade pertama abad XX yang ditandai dengan terbitnya buku yang berjudul, Reference To Meaning And Change Of Meaning With Special The English yang ditulis oleh Gustaf  Stren (1931).
Di dalam BI sekarang telah biasa digunakan akronomin dan singkatan, bahkan akahir-akhir ini ada benuk yang diplesekan yang tentu menarik dibahas dari segi makna.

B.     Rumusan Masalah
a.        Apakah batasan kata dapat dilihat dari pandangan?
b.      Apa saja yang termasuk dalam bentuk kata?
c.       Bagaimanakah makna dalam leksem?
d.      Bagaimanakah makna dalam paduan leksem?
e.       Apa yang dimaksud dengan kata bebas?
C.      Tujuan
a.       Dapat mengetahui batasan kata dalam semantik
b.      Dapat mengetahui bentuk kata dalam semantik
c.       Dapat mengetahui mekna dlam leksen
d.      Mengetahui penjelasan dari kata bebas










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Batas Kata
Batas kata dapat dilihat dari pandangan, kata sebagai kata dan kata sebagai istilah teknis yang berlaku dalam linguistik. Pandangan yang melihat kata sebagai kata, tentu yang dimaksud adalah makna leksikal.
 Didalam KBBI (dekdikbud,1993:451) kata bermakna:
1.      Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujutan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2.       Ujar, berbjara.
3.      Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahsawan di anggap sebagai satuan terkecil yang dapat di ujarkan sebagai betuk yang bebas, atau satuan bahasa yang berdiri sendiri. Terjadi dari morfem tunggal dan gabungan morfem.
Secara teknis yang didasarkan pada ciri yang telah di sebutkan di atas, kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat diukur, dapat di pindahkan dan mempunyai makna serta di gunakan untuk berkomunikasi (cf. Ramlan, 1983:28).
B.     Bentuk Kata
Bentuk kata dapat dibagi atas:
1.      Bentuk dasar atau leksem yang bermakna leksikal.
2.      Paduan leksem
3.      Bentuk berimbuhan
4.      Bentuk berulang
5.      Bentuk majemuk
6.      Bentuk yang terikat konteks kalimat
7.      Akronim
8.      sigkatan
C.    Makan Dan Leksem
Makna dalam leksem yang dimaksud di sini, yakni bentuk yang sudah dapat di perhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapa bentuk seperti ini: kunci, lompat, makan, pagar tidur. Bentuk kunci dapat menghasilkan bentuk turunan dikunci, mengunci, dan kata pagar dapat diberi imbuhan sehing menjadi dipagari, memagari, terpagar. Kata kunci dan pagar telah memiliki makna leksikal. Dan demikian pula kata dikunci, mengunci, dipagari, memagari, terpagar.
Semantara itu bentuk lompat, makan, tidur dapat muncu dalam kalimat, misalnya “ ayo, lompat!” “Ayah, silakan makan!” “Sebaiknya engkau tidur sebab sudah larut malam.”
Timbulah pertanyaan, apakah makna leksikal bentuk-bentuk seperti itu? Bentuk- bentuk seperti ini menurut Verhaar (1983:9) maknanya dapat dengan muda dicarai dalam kamus, misalanya didalam Kamus Besar Bahasa Indonesa (debdikbud, 1993)
D.    Makna Panduan Leksem
Ada  tiga istila yang perlu dicermati pada bagian ini, yakni idiom, kata majemuk, dan paduan leksem. Harimurti (1983:107) mengatakan, “Idiom adalah konstrintusi yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya. “sedangan semi idion adalah konstrusi yang salah satu komponenya mengandung makna khas yang ada dalam konstruksi itu saja. Idiom misalya buah bibir yang bermakna bahan pembicaraan; busuk hati yang bermakna jahat, dengki, khianat; jantung hati yang bermakna orang yang disayanngi; makna angin bermakna jalan-jalan.
Kata majemuk adalah gabungan morfen dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Makna kata majemuk bukanlah makna unsur-unsurnya, atau makna gabungan unsur-unsurny, tetapi makna baru, makana lain dari unsur-unsurnya. Contoh, batu api yang makna sejenis bahan yang dapat menimbulkan api yang ada di dalam geretan.
E.     Makna Kata Bebas
Yang dimaksud dengan kata bebas yaitu kata-kata yang dapat berdiri sendiri dalam ujaran tampa pendapat imbuhan atau tampa di dampingi kata yang lain.
Kata bebas pada umumnya berkategori nomina. Ambilah kata arang. Kata arang bermakna:
1.      Bahan bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi dari bara kayu yang dipengap()
2.      Serbuk hitam bekas kayu yang di bakar (Depdikbud, 1993:54).
 Ingin diingatkan  pula bahwa kata-kata bebas  dapat saja maknanya bergeser apabila kata-kata tersebut berada dalam kalimat. Contoh: kata kawat bermakna logam yang biasa dipakai sebagai tali. Kalau orang berkata, “kirim kawat kepadanya yang menyatakan bahwa Dedeng telah meninggal, “makna kawat disini bukan lagi logam untuk tali, tetapi telegram atau berita yang dikirim melaui kantor Telkom.










BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Didalam KBBI (dekdikbud,1993:451) kata bermakna:
1.      Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujutan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2.      Ujar, berbjara.
3.      Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahsawan di anggap sebagai satuan terkecil yang dapat di ujarkan sebagai betuk yang bebas, atau satuan bahasa yang berdiri sendiri. Terjadi dari morfem tunggal dan gabungan morfem.
Bentuk kata dapat dibagi atas:
1.        Bentuk dasar atau leksem yang bermakna leksikal.
2.        Paduan leksem
3.        Bentuk berimbuhan
4.        Bentuk berulang
5.        Bentuk majemuk
6.        Bentuk yang terikat konteks kalimat
7.        Akronim
8.        sigkatan
Makna dalam leksem yang dimaksud di sini, yakni bentuk yang sudah dapat di perhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapa bentuk seperti ini: kunci, lompat, makan, pagar tidur. Ada  tiga istila yang perlu dicermati pada bagian ini, yakni idiom, kata majemuk, dan paduan leksem. Harimurti (1983:107) mengatakan, “Idiom adalah konstrintusi yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya. “sedangan semi idion adalah konstrusi yang salah satu komponenya mengandung makna khas yang ada dalam konstruks itu saja. Kata bebas pada umumnya berkategori nomina. Ambilah kata arang. Kata arang bermakna:
1. Bahan bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi dari bara kayu yang dipengap.
2. Serbuk hitam bekas kayu yang di bakar (Depdikbud, 1993:54)
B. Saran
Dalam pembuatan makala ini penulis menyadari banyak kekurangan dari segi isi atau pun tulisan, oleh karena itu kami meminta kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

















DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (1994). Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Cahaer, Abdul. (1995). Pengatar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. (2010). Semantik Leksikal. Bandung : Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar