MAKNA
DALAM KATA
OLEH
Kelompok
5
SUNARDIN
BONE 213010030
AMAT
SMAYA 213010047
JULIANI 213010050
ELVIAN 213010035
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan kepada kita sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
ini.
Tak lupa pula kami kirimkan salalam dan salawat kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW berserta para sahabatnya yang telah membawa
kita dari alam kegelapan menjadi alam terang benderang.
Penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada Dosen yang
telah memberikan kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi pembaca dan khususnya kami penulis. Amin...
Baubau, 04 April 2015
BAB I
PENAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semantik leksikal menekankan kajian makna pada tingkat kata. Kata
merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaiakan pesan
dalam uatu komunikasi. Kata berwujud dalam berbagai-bagai bentuk. Kebermacaman
bentuk kata tersebut di fokuskan BI yang tentu saja berbeda sistemnya jika
dibandingkan dengan bahasa lain didunia ini. Hal tu tidak mengherankan karena
setiap bahasa mempunyai sistem (Unlenbeck, 1982:19).
Semantik sebagai subdisiplin linguistik muncul pada
abadke-19. Pada tahun 1825 seorang pakar klasik yang bernama C. Reising (lihat
Ullman 1972:5; Coserius dan Geckeler 1981:8) mengemukakan pendapatnya tentang
tata bahasa yang dibaginya atas tiga
bagian, yakni etimologi, sintaksis, dan semosiologi(semasiology). Semosiologi adalah studi tentang makna, dengan kat
lain berpadanan dengan istila semantik. Istila semosiologi berasal dari C.
Reising. Berdasarkan pandangan Reising, perkembangan simantik dapat dibagi atas
tiga fase
Fase
pertama, meliputi masa
setenga abad tremasuk didalamnya kegiatan Reising.fase ini biwa disebut the
underground period of semantik.
Fase
kedua, kedua awal tahun
1880 yang dimulai dengan munculnya buku karya Micheil Breal yang berjudul Essai
the semantikue Science des Signification
(1897) yang diterjemakan kedalam bahasa inggris Semantics: Studies in the
Science of Meaning (1900).
Fase
ketiga, yakni tiga dekade
pertama abad XX yang ditandai dengan terbitnya buku yang berjudul, Reference To Meaning And Change Of Meaning
With Special The English yang ditulis oleh Gustaf Stren (1931).
Di dalam BI sekarang telah biasa digunakan akronomin dan
singkatan, bahkan akahir-akhir ini ada benuk yang diplesekan yang tentu menarik dibahas dari segi makna.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Apakah batasan kata dapat dilihat dari
pandangan?
b.
Apa
saja yang termasuk dalam bentuk kata?
c.
Bagaimanakah
makna dalam leksem?
d.
Bagaimanakah
makna dalam paduan leksem?
e.
Apa
yang dimaksud dengan kata bebas?
C.
Tujuan
a.
Dapat
mengetahui batasan kata dalam semantik
b.
Dapat
mengetahui bentuk kata dalam semantik
c.
Dapat
mengetahui mekna dlam leksen
d.
Mengetahui
penjelasan dari kata bebas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Batas
Kata
Batas kata dapat dilihat dari pandangan, kata sebagai
kata dan kata sebagai istilah teknis yang berlaku dalam linguistik. Pandangan
yang melihat kata sebagai kata, tentu yang dimaksud adalah makna leksikal.
Didalam KBBI
(dekdikbud,1993:451) kata bermakna:
1.
Unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujutan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2.
Ujar, berbjara.
3.
Morfem
atau kombinasi morfem yang oleh bahsawan di anggap sebagai satuan terkecil yang
dapat di ujarkan sebagai betuk yang bebas, atau satuan bahasa yang berdiri
sendiri. Terjadi dari morfem tunggal dan gabungan morfem.
Secara teknis
yang didasarkan pada ciri yang telah di sebutkan di atas, kata adalah satuan
ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat dalam kalimat, dapat dipisahkan,
dapat diukur, dapat di pindahkan dan mempunyai makna serta di gunakan untuk
berkomunikasi (cf. Ramlan, 1983:28).
B.
Bentuk
Kata
Bentuk
kata dapat dibagi atas:
1.
Bentuk
dasar atau leksem yang bermakna leksikal.
2.
Paduan
leksem
3.
Bentuk
berimbuhan
4.
Bentuk
berulang
5.
Bentuk
majemuk
6.
Bentuk
yang terikat konteks kalimat
7.
Akronim
8.
sigkatan
C. Makan
Dan Leksem
Makna dalam leksem yang dimaksud di sini, yakni bentuk
yang sudah dapat di perhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapa bentuk seperti
ini: kunci, lompat, makan, pagar tidur.
Bentuk kunci dapat menghasilkan bentuk turunan dikunci, mengunci, dan kata
pagar dapat diberi imbuhan sehing menjadi dipagari, memagari, terpagar. Kata
kunci dan pagar telah memiliki makna leksikal. Dan demikian pula kata dikunci, mengunci,
dipagari, memagari, terpagar.
Semantara itu bentuk lompat, makan, tidur dapat muncu
dalam kalimat, misalnya “ ayo, lompat!” “Ayah, silakan makan!” “Sebaiknya
engkau tidur sebab sudah larut malam.”
Timbulah pertanyaan, apakah makna leksikal bentuk-bentuk
seperti itu? Bentuk- bentuk seperti ini menurut Verhaar (1983:9) maknanya dapat
dengan muda dicarai dalam kamus, misalanya didalam Kamus Besar Bahasa Indonesa (debdikbud, 1993)
D. Makna
Panduan Leksem
Ada tiga istila
yang perlu dicermati pada bagian ini, yakni idiom, kata majemuk, dan paduan
leksem. Harimurti (1983:107) mengatakan, “Idiom adalah konstrintusi yang
maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya. “sedangan semi idion
adalah konstrusi yang salah satu komponenya mengandung makna khas yang ada
dalam konstruksi itu saja. Idiom misalya buah bibir yang bermakna bahan
pembicaraan; busuk hati yang bermakna jahat, dengki, khianat; jantung hati yang
bermakna orang yang disayanngi; makna angin bermakna jalan-jalan.
Kata majemuk adalah gabungan morfen dasar yang seluruhnya
berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik
yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Makna kata majemuk
bukanlah makna unsur-unsurnya, atau makna gabungan unsur-unsurny, tetapi makna
baru, makana lain dari unsur-unsurnya. Contoh, batu api yang makna sejenis bahan yang dapat menimbulkan api yang
ada di dalam geretan.
E. Makna
Kata Bebas
Yang dimaksud dengan kata bebas yaitu kata-kata yang
dapat berdiri sendiri dalam ujaran tampa pendapat imbuhan atau tampa di
dampingi kata yang lain.
Kata bebas pada umumnya berkategori nomina. Ambilah kata arang. Kata arang bermakna:
1.
Bahan
bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi dari bara kayu yang dipengap()
2.
Serbuk
hitam bekas kayu yang di bakar (Depdikbud, 1993:54).
Ingin diingatkan pula bahwa kata-kata bebas dapat saja
maknanya bergeser apabila kata-kata tersebut berada dalam kalimat. Contoh: kata
kawat bermakna logam yang biasa
dipakai sebagai tali. Kalau orang berkata, “kirim
kawat kepadanya yang menyatakan bahwa Dedeng telah meninggal, “makna kawat
disini bukan lagi logam untuk tali, tetapi telegram atau berita yang dikirim melaui kantor Telkom.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Didalam
KBBI (dekdikbud,1993:451) kata bermakna:
1.
Unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujutan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2.
Ujar,
berbjara.
3.
Morfem
atau kombinasi morfem yang oleh bahsawan di anggap sebagai satuan terkecil yang
dapat di ujarkan sebagai betuk yang bebas, atau satuan bahasa yang berdiri
sendiri. Terjadi dari morfem tunggal dan gabungan morfem.
Bentuk
kata dapat dibagi atas:
1. Bentuk dasar atau leksem yang bermakna
leksikal.
2. Paduan leksem
3. Bentuk berimbuhan
4. Bentuk berulang
5. Bentuk majemuk
6. Bentuk yang terikat konteks kalimat
7. Akronim
8. sigkatan
Makna dalam leksem yang dimaksud di sini, yakni bentuk
yang sudah dapat di perhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapa bentuk seperti
ini: kunci, lompat, makan, pagar tidur. Ada tiga istila
yang perlu dicermati pada bagian ini, yakni idiom, kata majemuk, dan paduan
leksem. Harimurti (1983:107) mengatakan, “Idiom adalah konstrintusi yang
maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya. “sedangan semi idion
adalah konstrusi yang salah satu komponenya mengandung makna khas yang ada
dalam konstruks itu saja. Kata bebas pada umumnya berkategori nomina. Ambilah
kata arang. Kata arang bermakna:
1. Bahan bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi
dari bara kayu yang dipengap.
2. Serbuk hitam bekas kayu yang di bakar (Depdikbud,
1993:54)
B. Saran
Dalam
pembuatan makala ini penulis menyadari banyak kekurangan dari segi isi atau pun
tulisan, oleh karena itu kami meminta kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. (1994). Lingustik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Cahaer,
Abdul. (1995). Pengatar Semantik Bahasa
Indonesia. Bandung: Rineka Cipta.
Pateda,
Mansoer. (2010). Semantik Leksikal.
Bandung : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar