Picture

Picture
Picturku

Kamis, 05 Maret 2015

NOVEL SEJARAH BUTUN IMAJINER EROS IN WAERO-ERO. Episode 2



NOVEL SEJARAH BUTUN IMAJINER
EROS IN WAERO-ERO.
Episode 2


Aku tertegun memandang wanita anggun di depanku yang minta pulang ini. Tertegun
karena tidak bisa berbuat apa-apa. Antara kagum, tertarik, birahi, takut, ngeri, takluk
menjadi satu. Takluk, ya..karena aku baru tahu bahwa seluruh gerakanku kini bukan lagi
atas perintah dari kepala. Aku merasa ada remote lain yang mengatur semua gerakku.
 Dan aku telah kasip menyadari semua. Tentang kagum, takut, tertarik dan birahi. Yang aku
dapat lakukan hanyalah menuruti gerak yang bukan gerakku.
 Ketika wanita ini berdiri, aku ikut berdiri. Dan berjalan disisinya bagai seorang kekasih.
 Dari sosok seksinya, aroma parfum membiusku sesaat. Ini aroma yang belum pernah
kutemui dari wanita mana pun sebelumnya. Parfum itu bukan bermerk Channel, bukan
Caron's Poivre, Annick Goutal's Eau d'Hadrien atau merk-merk lainnya. Namun. parfum ini
benar-benar merangsang sampai ke gen terdalam. Edan..
 Dan ketika kubiarkan dia yang membayar ke kasir, aku kembali terkesiap. Itu duit yang
dibayarkan bukan duit kertas atau koin. Bukan juga kartu kredit. Wanita ini membayar
pakai sobekan kain. "Lha... itu kan kampua", bathinku. Kampua adalah mata-uang kuno
Kerajaan Butun tempo dulu.
 Hanya, semuanya sudah teremote di ruangan ini. Kasir menerima begitu saja dengan
senyum basa-basi. Para mata lelaki yang memandang sosok sosok seksi disampingku ini
juga hanya tatapan pengaruh remote. Aku pun berjalan serasa diremote. Mengikuti pintu
keluar dan menyusuri trotoar depan mall. Begini rasanya menjadi robot hidup. Pikiranku
berjalan seperti biasa, tapi tubuhku bukan kepunyaan pikiran lagi.
 "Kita pulang ambil kenderaan dulu ke rumah ya Dik, baru saya akan antar. Kemana tadi
rumahnya?", tanyaku memecah keheningan. Ingin sebenarnya aku lari. Tapi mana bisa?
 "Waero Ero!", jawabnya yg kudengar ketus.
 "Daerah mana itu?", aku mengumpulkan kekuatan untuk bertanya lagi. Rasanya,melangkah
pun kini semakin tidak berani lagi.
 "Ikut saja...", jawabnya makin jutek di telinga. Tapi tidak menghilangkan keseksiannya.
 Ingin rasanya kupeluk wanita ini sembari melangkah. Tapi, tanganku bukan kepunyaanku.
Hanya kakiku yg makin cepat mengikuti langkahnya...
 "Kita menggunakan ini..!"
 Aku baru sadar, saat itu sudah di area parkir. Di depanku kini berdiri seekor kuda.
Kuda jantan dengan poni panjang  indah  berwarna putih. Yang menarik adalah hiasan
pelananya bagai yang ada di filem-filem kerajaan. Pelana itu berwarna hijau.
 Dengan sigap, wanita ini melompat. Setelah diatas pelana dia berkata, "Ayo naik...!"
 Aku menurut. Tapi bukan melompat sepertinya. Ini kali pertama aku naik kuda. Tidak tahu
berpegangan dimana, aku menggamit pinggang wanita ini. Setengah kupeluk untuk dapat
naik diatas pelana. Otak mesumku masih bekerja baik. Apalagi setelah berhasil naik.
Pelukan dipinggangnya tidak kulepas. Sensasi apa pula ini? Rambutnya menyapu sebagian
leher dan wajahku. Duh, Tuhan, tolong agar wanita yang ada dalam pelukanku ini tidak
mengetahui segenap “gatal” yang ada di jiwaku.
 "Tutup mata bila takut. Berpegang di pinggang jangan di tempat lain!"
 Aku kembali terkesiap. Wanita ini rupanya dapat membaca pikiranku. Tetapi kuda itu
sudah bergerak. Meluncur dengan kecepatan tinggi. Sudah beberapa kali naik pesawat,
tapi tidak secepat ini tubuhku diterbangkan..

**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar