Picture

Picture
Picturku

Sabtu, 01 Juni 2024

SINTAKSIS DAN DISIPLIN ILMU LAINNYA

 

MAKALAH

PENGERTIAN SINTAKSIS DAN DISIPLIN ILMU LAINNYA

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia

Yang diampuh oleh : Asrul Nazar S.Pd, M.Pd

 


 

 

Disusun Oleh Kelompok I

Ervita ( 022201020 )

Ramlah Ram ( 022201016 )

Wa Ode Astrid Apriyanti ( 022201004 )

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2024



BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Dalam proses berkomunikasi sehari-hari dengan orang lain tentu perlu menggunakan kalimat dengan makna yang tepat. Disamping itu, perlu memperhatikan pilihan kata atau diksi agar gagasan/ide yang disampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara efektif.

Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat sintaksis. Padahal, penggunaannya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia. Yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari,banyak permasalahannya yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya,perlu pendalaman dan banyak mempraktekkan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa, sintaksis juga dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan.Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam tuturan ( sppech ).

Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan untuk menyusun atau tata kalimat suatu bahasa dengan menerangkan begitu saja sintaksis bahasa lain,seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli tata bahasa lama. Sintaksis suatu bahasa haruslah merupakan perumusan berbagai macam gejala susun peluk kata-kata dalam suatu bahasa.

Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusunan kalimat tersebut,yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa,klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentingnya pemahaman mengenai sintaksis sebagai cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui oleh penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efesien, setiap bahasa memiliki sistem-sistem yang khusus untuk mengikat kata-kata atau kelompok-kelompok kata kedalam suatu gerak yang dinamis.

B.    Rumusan Masalah

1.     Apa Pengertian Sintaksis?

2.     Apa Hubungan Morfologi Dengan Sintaksis?

3.     Apa hubungan fonologi Dengan Sintaksis?

4.     Apa Hubungan Semantik Dengan Sintaksis?

 

C.    Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dipaparkan tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1.     Memaparkan Pengertian Sintaksis.

2.     Menjelaskan Apa Hubungan morfologi Dengan Sintaksis

3.     Menjelaskan Apa Hubungan Fonologi Dengan Sintaksis

4.     Memaparkan Apa Hubungan Semantik Dengan Sintaksis

 

D.    Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Sintaksis Bahasa Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAAN

 

A.    Pengertian Sintaksis

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun berarti ‘dengan’dan tanttein yang berati ‘menempatkan’. Secara etimologis,sintaksis berarti menempatkan bersama-bersama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad dalam putrayasa,2008: 1 ). Banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis ini, Ramlan dalam (Putrayasa, 2008:1) mengatakan, bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,kalimat, klausa, dan frasa.

Verhaar menyatakan bahwa,sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan.Sintaksis berurusan dengan tata bahasa di antara kata-kata dalam tuturan (1999: 161).

Sintaksis merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan anatara kata dengan kata,atau dengan satuan-satuan yang lebih besar,atau antara satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa.Morfologi,bersama-sama dengan simtaksis,merupakan tataran ilmu bahasa yang disebut dengan ilmu bahasa atau gramatika.Morfologi juga disebut kata-kata atau tata bentuk merupakan studi gramatikal struktur internal kata, sedangkan sintaksis yang juga disebut tata kalimat merupakan studi gramatikal mengenai kalimat.Batasan antara morfologi dan sintaksis diatas hanya sebagai pegangan dasar saja,sebab sebenarnya batas kedua wilayah studi itu tidaklah tegas.

Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat.Menurut  Blonch dan Trager (dalam Tarigan, 2009: 4 ), analisis mengenai  konstruksi-konstruksi yang hanya mengikut sertakan bentuk-bentuk bebas disebut sintaksis,sedangkan, menurut Ramlan dan Keraf, sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat (2009: 4 ).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan batasa diatas, dapat disimpulkan bahwa, sintaksis adalah ilmu tata kalimat yang membahas susunan kalimat dan bagiannya,lingkungan gramatikal dari suatu unsur bahasa yang menentukan fungsi,kategori,dan peran unsur tersebut.

Menurut Chaer (994:206), bahwa yang bisa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis,mencankup masalah fungsi,kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang berupa frasa,klausa,kalimat dan wacana; dan (3) hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis,seperti masalah modus,aspek,dan sebagainya.

1.     Pola Sintaksis

Pola sintaksis adalah struktur,urutan,tatanan kalimat yang membahas susunan kalimat dan bagiannya,lingkungan gramatikal dari suatu unsur bahasa yang menentukan fungsi,kategori,dan peran unsur tersebut.Menurut Chaer (994:206),bahwa yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis,mencakup masalah fungsi,kategori,dan peran sintaksis serta alat alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang berupa frasa,klausa,kalimat,dan wacana; dan (3) hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis,seperti masalah modus,aspek dan sebagainya.Pola sintaksis juga berupa analisis kalimat berdasarkan jenis kalimat,anatar lain, kalimat tak lengkap,kalimat tunggal, kalimat majemuk.kalimat berdasarkan bentuk sintaksis ( kalimat deklaratif,kalimat imperatif,kalimat interogatif,kalimat imperatif ).

Alwi menyatakan bahwa istilah kalimat mengangdung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, telah dibubuhi intonasi atau tanda baca (2003: 39).Menurut Alwi dkk.(2003:35-39),kalimat terwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku.Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasifikasi,yaitu berdasarkan (1) kategori sintaksis, (2) fungsi sintaksis, dan (3) peran semantisnya.

§  Kategori sintaksis Sering pula disebut dengan kategori atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori sintaksis yang utama,yaitu verba (kata kerja),nomina ( kata benda ),adjektiva ( kata sifat ), dan adverbial ( kata keterangan ).

§  Fungsi sintaksis Yaitu setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis,artinya berkaitan dengan urutan kata atau farsa dalam kalimat.Fungsi sintaksis utama dalam bahasa Indonesia adalah predikat,subjek,objek,pelengkap, dan keterangan.Disamping itu terdapat fungsi yang lain yaitu fungsi atributif ( yang menerangkan ).fungsi koordinatif ( yang menggabungkan secara setara ), subordinatif ( yang menggabungkan secara bertingkat ).

Berikut ini penjelasan fungsi sintaksis menurut Alwi dkk.(2003:326)

a.     Fungsi predikat

Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai  dengan konstituen subjek disebelah kiri,jika ada konstituen objek,pelengkap,dan atau keterangan wajib disebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival.pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal,frasa numeral,atau frasa preposional, di samping frasa verbal atau frasa adjektival.

b.     Fungsi Subjek

Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal,atau klausa. Pada umumnya subjek berada di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat,subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Subjek pada kalimat imperatif ialah adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan.

c.     Fungsi objek

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah predikatnya. Dengan demikian objek dapat dikenali dengan memperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu . objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika dipasifkan. Potensi objek menjadi subjek apabila kalimat itu dipasifkan itu merupakan ciri utama yang membedakan objek dari nomina atau frasa nominal.

Objek

Pelengkap

Berwujud frasa nominal atau klausa

Berwujud frasa nominal,frasa ferbal,frasa adjektivsal,frasa  preposisional, atau klausa

Berada langsung dibelakang predikat

Berada langsung dibelakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang objek jika unsur ini muncul

Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat

Tidak dapat menjadi subjek apabila ada pemasifan kalimat

Dapat diganti dengan pronomina -nya

Tidak dapat diganti dengan nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di,ke,dari,dan akan.

d.     Fungsi pelengkap

Kebanyakan orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal ini dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan.baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya menduduki tempat sama yakni dibelakang verba.

2.     Peran Semantis

Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta,atau lebih, dengan peran sematis yang berbeda-beda (Alwi dkk, 2003: 334).Peran semantik merupakan analisis mengenai kedudukan kata dalam kalimat yang berupa pelaku,perbuatan,pengalaman,dll,Namun,dalam penelitian ini tidak membahas mengenai peran sematik

3.     Jenis Kalimat

Menurut Alwi, dkk. ( 2003), jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya.

 

B.    Hubungan Morfologi Dengan Sintaksis

Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa atau ilmu linguistik. Ilmu bahasa adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bahasa secara ilmiah  atau secara scientifik. Maksudnya tidak terikat pada sesuatu bahasa.

Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi -kombinasinya atau bagian struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem, sedangkan morfem adalah satuan tata bahasa terkecil yang merupakan unsur atau bagian suatu kata yang mengandung makna.

Sintaksis merupakan penguasaan atas suatu bahasa yang mencakup untuk membangun frasa atau kalimat yang berasal dari kata i. Sintaksis bersama-sama dengan morfologi merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika.

Morfologi menyelediki struktur internal kata. Satuan paling kecil (morfem) hingga satuan paling besar (kata). Sedangkan sintaksis menyelidiki struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata,mulai dari frase hingga kalimat. Contoh : mata, kaki, rumah sakit, dst. jika dilihat dari unsur-unsurnya yang berupa kata atau pokok kata, kata majemuk seperti kata-kata tersebut termasuk bidang sintaksis,tetapi jika dilihat bahwa satuan-satuan itu mempunyai sifat sebagai kata makna pembacaannya termsuk morfologi.

C.    Hubungan Fonologi  Dengan sintaksis

Fonologi adalah mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda arti ialah yang disebut dengan fonem. Bunyi bahasa menyangkut getaran udara dan getaran udara itu masukketelinga kemudian bergeser dengan dua benda atau lebih. Setelah itu bunyi bahasa dikeluarkan oleh mulut dan diterima oleh telinga.Jenis-jenis fonologi antara lain:

Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat ,ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. ( Kalimat berita ), kamu berdiri ( kalimat tanya ), kalimat tersebut termasuk masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat,terutama dalam bahasa Indonesia.

D.    Hubungan Semantik Dengan Sintaksis

Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang membahas makna suatu ungkapan kata atau cabang ilmu bahasa yang mengkaji anatara lambang dan referennya. Berdasarkan pendapat para ahli, semantik pada dasarnya merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji terjadinya berbagai kemungkinan makna suatu kata dan pengembangannya seiring terjadinya perubahan dalam masyarakat bahasa.

Tidak benar unsur gramatikal mutlak terpisah dari unsur lesikal.untuk dapat menyusun kalimat yang dapat dimengerti oleh lawan bicara tidak cukup hanya dengan menggabungkan beberapa kata dengan kaidah-kaidah gramatikal semata. Tiap kata menyarangkan dengan kata mana dapat bergabung menjadi satu kalimat yang dapat dipahami pihak peserta pembicaraan.

Rabu, 29 Mei 2024

PENGERTIAN ISTILAH, FONOLOGI, FONEMIK, FONETIK ALAT UCAP DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA

 

 

MAKALAH

PENGERTIAN ISTILAH, FONOLOGI, FONEMIK, FONETIK

ALAT UCAP DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA

 

 

 

 

 

DISUSUN OLEH

WA ODE ASTRID APRIYANTI (022201014)

WIWID RAHMADANI (022201018)

NURLINA  (022201009)

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2023

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

 

Bahasa adalah suatu system lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh karena itu, pengajaran Bahasa indonesia pada hakikatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai Bahasa indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa kedalam tuturan Bahasa indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam Bahasa indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi jawa, batak, bugis, sunda dan lain-lain. Kalau mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar tuntutan bunyi Bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian agak lama, fonologi merupakan urutan paling bawah atau paling dasar dalam hierarki kajian linguistik. Yang dikaji fonologi ialah bunyi-bunyi Bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan "gabungan "antar bunyi yang membentuk silabel atau suku kata. Serta juga dengan unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada,

 

B.    Rumusan Masalah

 

       Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa rumusan masalah diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan Fonolog, fonemik dan Fonetiki?

2. jelaskan Alat Ucap dan Produksi Bunyi Bahasa

C.    Tujuan Penulisan

1. Untuk  mengetahui tentang fonologi, fonemik dan Fonetik

2. Untuk mengetahui  Alat Ucap dan Produksi Bunyi Bahasa

D.    Manfaat Penulisan

         Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini ialah sebagai menambah wawasan terkait tentang Pengertian istilah Fonologi, Fonemik, dan Fonetik, Alat Ucap dan Produksi Bunyi Bahasa, serta dijadikan sebagai bahan referensi dalam dunia pendidikan agar dapat memahami apa fonologi, fonemik dan Fonetik, Alat Ucap dan Produksi Bunyi Bahasa, dalam sebuah pendidikan.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Istilah Fonologi, Fonemik, Fonetik

 

1.     Fonologi

 

Fonologi berasal dari Bahasa yunani yaitu phone = 'bunyi',logos = 'ilmu' Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi.

Secara etimologi istilah " fonologi", ini berasal dari gabungan kata fon yang berarti 'bunyi',dan logi yang berarti 'ilmu' Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi Bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Fonologi mengkaji bunyi Bahasa secara umum dan fungsional. Menurut abdul chaer (2010:100).

Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi Bahasa pada umumnya.

 

Runtunan bunyi Bahasa ini dapat dianalisis atau disegementasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtunan bunyi itu. Fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan struktur internal kata sintaksis pada persoalan susunan kata dalam kalimat, semantic pada persoalan makna kata. Kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujar ini diselidiki oleh cabang linguistic yang disebut fonologi.

Dapat disimpulkan bahwa fonologi ialah bidang linguistic atau ilmu Bahasa yang menyelidiki, memperlajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi Bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.1 1 Abdul Chaer (2009, Fonologi Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta) hlm 1

 

2.     Fonemik

 

Fonetik (phonetics) ialah ilmu yang memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembwda makna dal; am suatu bahasa (langue). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran (parole), fonetik juga termasuk ilmu interdesipliner.

 

Fonetik juga diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdesipliner linguistik dengan fisika, amnatomi, dan psikologi; fonetik juga diartikan sistem bunyi bahasa (Kridalaksana, 1984: 54) mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut

 

Fonetik adalah bidang linguistik yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan ada tiga jenis fonetik, yaitu foetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

 

Fonetik artikulatoris, ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat berbicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Glenson. 1955:239-256; Malmberg, 1963:21- 28). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan.

 

Fonetik artikulatoris, ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat berbicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa (Glenson. 1955:239-256; Malmberg, 1963:21- 28). Bagaimana bunyi bahasa itu diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasikan berdasarkan artikulasinya. Fonetk jenis ini banyak berkaitan dengan linguistik sehingga oleh para linguis khususnya para ahli fonetik cenderung dimasukkan ke dalam linguistik. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dan menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. amplitudonya, intensitasnya, dan hitam dan coionionto

 

Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peritiwa fisis atau fenomena alam (Malberg, 1963:5-20). Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, timbrenya. Ilmu yang mempelajari hakikat bunyi dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan hakikat bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan fisika dalam laboratorium fonetis, berguna untuk pemvbuatan telepon, perekam piringan hitam dan sejenisnya.

 

Sedangkan fonetik auditoris

 

mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik audiotoris lebih berkenaan dengan kedokteran, yaitu neurologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan linguistik juga bekerja dalam kedua bidang fonetik itu.

 

3.     Fonetik

Objek kajian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik, misalnya, kita meneliti bunyi /a/ yang berbeda pada kata-kata misalnya, lancar, tawa, dan lain, maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah bukan fonem.

 

 

B.    Alat ucap dan produksi bunyi bahasa

 

1. Alat Ucap

proses terjadinya bunyi bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan paru-paru yang mengakibatkan udara yang ada di rongga paru-paru terdesak keluar. Pada waktu yang sama alat ucap manusia atau alat bicara melakukan gerakan-gerakan tertentu terutama bagian mulut, hingga udara yang keluar ada yang terhalang seluruhnya, terhalang sebagian, dan tidak terhalang. Gerakan alat bicara inilah yang menghasilkan berbagai bunyi bahasa sesuai dengan kebutuhan si pembicara.

 

Menganalisis Fungsi Alat Ucap,

Hans Lapoliwa (1984) menagatakan alat ucap adalah paru-paru, pita suara, lidah, bibir dan sebagainya selain sebagai alat bicara dia berfungsi juga dalam meneruskan kelangsungan hidup manusia. MisalnyaMisalnya:

(1)  Paru-paru

Berfungsi untuk menghisap zat pembakar (O2) untuk disalurkan ke seluruh tubuh, menyalurkan asam arang (CO2) ke luar tubuh, dan sumber udara bunyi bahasa;

(2)  Lidah

Berfungsi untuk memindah-mindahkan makanan yang sedang dikunyah, alat perasa untuk mencegah masuknya makanan yang tidak baik, seperti batu, pasir dan tulang, dan pembentuk bunyi-bunyi bahasa yang dominan dalam berbicara;

(3)  Bibir

Berfungsi sebagai pintu gerbang yang dapat mencegah atau membolehkan segala sesuatu masuk ke dalam mulut dan membentuk bunyi bibir (bilabial) seperti bunyi [m, b, p,].

 

Letak alat ucap dapat dibagi tiga, yaitu letak pada bagian badan, bagian tenggorokan dan bagian kepala.

a. Bagian Badan

Alat ucap bagian badan adalah paru-paru, sekat rongga perut dan sekat rongga dada. Berkaitan dengan itu, kita mengenal pernafasan perut dan pernafasan dada. Pernafasan perut terjadi karena otot sekat rongga perut (diafragma) berkontraksi sehingga menyebabkan kedudukan diafragma mendatar, rongga dada membesar, paru-paru mengembang, tekanan di paru-paru menjadi kecil, mengakibatkan udara dari luar tubuh masuk ke paru-paru. Selanjutnya, sekat rongga perut melemas menyebabkan kedudukan diafragma melengkung, rongga dada mengecil, tekanan di paru-paru membesar, mengakibatkan udara yang ada di paru-paru terdesak keluar.

 

b. Bagian Tenggorokan

Alat tubuh yang dijumpai bagian tenggorokan ialah batang tenggorokan (trachea), pangkal tenggorokan (laring, larynx), dan rongga kerongkongan (faring, pharynx). Laring terletak di pangkal lidah. Di sebelah bawah terdapat dua saluran yaitu saluran makanan ke lambung (esofagus) dan satu lagisaluran pernafasan. Pada laring terdapat kotak suara yang terdiri dari:

(1) Tiroid (tulang rawan) yang dinamakan juga jakun, Adam’s apple, terdapat disebelah leher. Pada lelaki tiroid ini lebih tampak atau menonjol.

(2) Artenoid (tulang rawan berbentuk piramid) letaknya di atas krikoid yang terletak di sebelah belakang leher.

(3) Vokal cord (Pita suara) yang membentang dari tiroid ke artenoid. Pita suara dapat membuka dan menutup dengan kondisi; terbuka lebar, terbuka, tertutup, tertutup rapat, serta dapat pula bergetar dan tak bergetar.

(4)  Glottis, yaitu celah yang ditimbulkan oleh membuka dan  menutupnya pita suara

c. Bagian Kepala

Bagian kepala terdapat tiga buah rongga, yaitu rongga mulut, rongga hidung dan rongga faring. Di sebelah atas rongga mulut terdapat sederetan gigi atas, pangakal gigi, langit-langit keras, langit-langit lembut dan anak tekak. Bagian bawah terdapat sederetan gigi bawah dan lidah. Di sebelah belakang dibatasi dinding faring. Di sebelah depan terdapat bibir atas dan bibir bawah.

 

Alat ucap berbeda dengan alat bicara. Alat ucap umumnya dijumpai pada bagian mulut, sedangkan alat bicara meliputi dua pertiga bagian tubuh, seperti; sekat rongga dada, sekat rongga perut, paru-paru, tenggorokan, mulut, mata, telinga. Sedangkan alat ucap bagiaan di mulut yang dapat digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa. Dalam berbagai buku fonologi alat ucap sering dikatakan dengan istilah “speech organs‟ atau dengan istilah popular, yaitu artikulasi.

Artikulasi dalam mulut itu dapat dibagi dua yaitu artikulasi aktif (artikulator), yaitu bagian mulut yang dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yakni bagian mulut sebelah bawah atau rahang bawah. Yang kedua adalah artikulasi pasif (tititk artikulasi) yaitu bagian mulut yang tidak dapat digerakkan ketika menghasilkan bunyi bahasa, yaitu bagian mulut sebelah atas.

 

2. Produksi Bunyi Bahasa

proses terjadinya bunyi bahasa itu bermula dari gerakan otot perut yang menekan paru-paru yang mengakibatkan udara yang ada di rongga paru-paru terdesak keluar sehigga alat ucap manusia atau alat bicara melakukan gerakan-gerakan tertentu terutama bagian mulut, hingga udara yang keluar ada yang terhalang seluruhnya, terhalang sebagian, dan tidak terhalang. Gerakan alat bicara inilah yang menghasilkan berbagai bunyi bahasa sesuai dengan kebutuhan si pembicara.

 

Menganalisis dan Mengidentifikasi Proses Pembentukan Bunyi Bahasa secara Bersama-Sama.

 

Getaran udara yang masuk ke telinga dapat berupa bunyi atau suara. Getaran udara yang dinamakan bunyi itu dapat terjadi karena dua benda atau lebih bergeseran atau berbenturan. Biola yang sedang dimainkan, dua telapak tangan yang ditepukkan, atau piring yang jatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia. BunyiBunyi sebagai getaran udara dapat pula merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap manusia seperi pita suara, lidah, dan bibur. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa dapat terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan.

 

Cara kerja Alat Ucap dalam Menghasilkan Bunyi Bahasa

 

Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara menulis atau berbicara. Kalau komunikasi itu diakukan dengan tulisan, tidak ada alat ucap yang ikut terlibat di dalamnya. Sebaliknya, kalau komunikasi tersebut dilakukan secara lisan, alat ucap memegang peranan yang sangat penting. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran.

Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga yang berupa arus udara Arus udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan atau laring Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang merapat sehingga menghasilkan ciri-ciri bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang terdiri atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidung menghasilkan bunyi bahasa yang berbeda-beda. Udara dari paru-paru dapat keluar melalui rongga mulut, rongga hidung, atau lewat rongga mulut dan rongga hidung sekaligus.

 

Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral; bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau atau bunyi nnasal

Bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan atau dinasalisasi.

 

Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam suara, bunyi.bahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok:

Vokal dan konsonan.

Bunyi Vocal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan kualitasnya ditentukan oleh tiga factor:

tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Pada saat vokal diucapkan, lidah dapat dinaikkan atau diturunkan bersama rahang. Bagian lidah yang dinaikkan atau diturunkan itu adalah bagian depan, tengah, atau belakang.

 

Bunyi konsonan dibuat dengan cara yang berbeda. Pada pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan. Untuk kebanyakan bahasa, pita suara selalu merapat dalam pelafalan vokal. Akan tetapi, pada pelafalan konsonan pita suara itu mungkin merapat tetapi mungkin juga merenggang, seperi telah dinyatakan terdahulu. Dengan kata lain, suatu konsonan dapat dikategorikan sebagai konsonan yang bersuara atau yang tak bersuara. Misalnya, [P] dan [t] adalah konsonan yang tak bersuara, sedangkan [b] dan [d] adalah konsonan yang bersuara.

 

Alat ucap yang bergerak untuk membentuk burnyi bahasa dinamakan artikulator: bibir bawah, gigi bawah, dan lidah.

Daerah yang disentuh atau didekati oleh articulator dnamakan

daerah artikulasi: bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan anak tekak. Bila dua bibir berkatup, daerah artikulasinya adalah bibir atas, sedangkan bibir bawah bertindak sebagai artikulator.

 

Berdasarkan cara artikulasinya, bunyi bahasa dibagi menjadi beberapa macam. Bila udara dari paru-paru dihambat secara total, maka buryi yang dilhasilkan dengan cara artikulasi semacam itu dinamakan bunyi hambat. Bunyi [p] dan [b] adalah bunyi hambat, tetapi [m] bukan bunyi hambat karena udara mengalir lewat hidung. Apabila arus udara melewati saluran yang sempit, maka akan terdengar bunyi desis. Bunyi demikian disebut bunyi frikatif, misalnya [f] dan [s]. Apabila ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah, maka bunyi yang dihasilkan dengan cara artikulasi seperti itu disebut bunyi lateral, missal [l]. kalau ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang, bunyi yang dihasilkan itu dinamakan bunyi getar, misalnya [r].

 

 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

           

       Berdasarkan pada pembahasan diatas, maka dapat ditarik  kesimpulan sebagai berikut:

Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistic) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya.

Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.

Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyajn bunyi bahasa indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan kluster. Dalam hal ini kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditunjukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fenomisasi itu bertujuan untuk Mentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa. Gejala fonologi bahasa indonesia termasuk didalamnya yaitu penambahan fonem, kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.

 

 

C.    Saran

 Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggambarkan potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta.: PT Bumi Aksara

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta 

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

https://www.academia.edu