Picture

Picture
Picturku

Minggu, 24 Maret 2013

Analisis Teks Media dan Analisis Bingkai (Framing Analysis)


Analisis Teks Media dan
Analisis Bingkai (Framing Analysis)

Oleh: Kelompok 9


1.  Pendahuluan
Para pakar media kerap berujar, salah satu patokan yang biasa dipakai untuk mengatakan bahwa kita sudah berada dalam perubahan adalah isi media massa. Melalui analisis teks media dan analisis bingkai, dapat dipahami bahwa sebenarnya isi media dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat dalam institusi media itu sendiri.
Teun A. van Dijk memperkenalkan salah satu analisis teks media yang menghubungkan tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial, dan kontekssosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, diteliti struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada tingkatan kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan tingkatan yang ketiga, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap suatu masalah.w
Analisis bingkai (framing analysis)difokuskan pada komentar interpretatif di sekitar isi manifes. Dengan kata lain, analisisframing lebih berpretensi untuk menganalisis muatan tekstual yang bersifat laten. Analisis bingkai (framing analysis) dipakai untuk membedah cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta.
Makalah ini akan memfokuskan diri pada pembahasan analisis teks media dan analisis bingkai.
2.  Pembahasan
2.1. Analisis Teks Media van Dijk
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan suatu teks diproduksi oleh individu/ kelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suau realitas itu yang melahirkan teks tertentu. Analisissosial melihat teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atau wacana.
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung.Ia membagi ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama yaitu struktur makro, struktur ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu cerita.Tingkatan kedua, yaitu superstruktur.Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagian-bagian teks yang tersusun ke dalam cerita secara utuh.Tingkatan ketiga, struktur mikro yang menekankan pada makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari cerita seperti bagian semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik.
Struktur Wacana
Amatan
Elemen
Struktur Makro
Tematik
Topik
Superstruktur
Skematik
Skema
Struktur Mikro
Semantik



Sintaksis


Stilistik

Retoris
Latar, detail, maksud praanggapan, nominalisasi

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Leksikon

Grafis, metafora, ekspresi

1.  Tematik
Tematik merupakan gambaran umum  pada sebuah teks atau biasa juga disebut dengan gagasan inti, ringkasan atau hal yang paling utama dari sebuah teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaanya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral dan paling penting dari isi suatu berita.Sehingga sering disebut sebagi topik atau tema.Dalam analisis, topik suatu berita baru bisa disimpulkan setelah membaca dan memahami keseluruhan berita yang dimaksud. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau semacam gagasan inti dari wartawan ketika melihat dan memandang suatu peristiwa.
Gagasan yang menjadi hal pokok dari Van Dijk bahwa wacana pada umumnya dibentuk dalam tataran umum.Sebuah teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren yang oleh Van Dijk disebut dengan istilah koherensi global yaitu bagian dalam teks kalau dirunut menunjuk pada suatu titik gagasan umum.Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks suatu berita.Topik  ini disusun oleh sub topik satu dan sub topik yang lain. Sub topik ini saling mendukung satu sama lain membentuk topik umum.
Sub topik ini juga didukung oleh serangkain fakta yang menggambarkan subtopik sehingga terbentuk teks yang utuh karena saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh suatu teks berita mengenai demonstrasi mahasiswa.Yang menjadi tema umum adalah demonstrasi mahasiswa cenderung anarkis dan menggunakan cara-cara kekerasan. Jika teks ini dianalisis dengan menggunakan teori  Van Dijk, teks ini terdiri dari beberapa bagian-bagian subtopik, misalnya: mahasiswa menggunakan dan mempersiapkan senjata, provokasi kepada polisi, penolakan tawaran damai dan demonstrasi yang diwarnai bentrokan. Masing-masing dari subtopik ini saling mendukung, memperkuat membentuk topik utama. Begitupun dengan subtema mahasiswa mempersiapkan senjata misalnya akan diuraikan fakta mengenai prosesi dan kisah pengumpulan senjata, dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan dari semua fakta saling mendukung membentuk suatu pengertian umum yang koheren.
2.  Skematik
Skematik dalam wacana berupa skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dari sebuah teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Contoh, dalam wacana percakapan sehari-hari misalnya mempunyai skema salam perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup. Berbeda lagi dengan tulisan-tulisan ilmiah yang biasanya skemanya berupa abstraksi, latar belakang masalah, tujuan, hipotesis, isi dan kesimpulan, begitupun halnya dengan teks berita memiliki skematik.
Berita pada umumnya memiliki dua  kategori skema yaitu:
1.  Summary, ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Judul dan lead pada umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead pada umunya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap.
2.  Story yaitu isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori yaitu:
a.  Pertama, situasi meliputi proses jalannya suatu peristiwa. Subkategori situasi menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya terdiri atas dua bagian, yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada khlayak. Misalnya kita ambil contoh kembali masalah demonstrasi mahasiswa yang terdiri atas episode yang biasanya juga didukung oleh latar misalnya dengan mengatakan “ini demonstrasi kesekian yang digelar mahasiswa. Dengan demikian latar pada umunya digunakan untuk memberi konteks agar suatu peristiwa lebih jelas ketika disampaikan kepada khlayak.
b.  Kedua, komentar yang ditampilkan dalam sebuah teks. Dalam komentar menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa secara hipotetik terdiri atas suatu bagian. Pertama, reaksi atau komentar verbal yang dikutip oleh wartawan. Kedua, kesimpulan yang diambil wartawan dari komentar berbagai tokoh.
Lebih lanjut Van Dijk memaparkan bahwa skematik merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.Misalnya dalam sebuah kasus kecelakaan, ada beberapa yang terlibat, yaitu korban, pelaku dan saksi.wartawan bisa saja memilih yang mana yang lebih ditonjolkan dalam pemberitaanya, apakah kondisi korbannya terlebih dahulu ataukah kronologi dari kecelakaan itu ataupun sebaliknya.
3.  Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan.Seorang wartawan menuliskan sebuah berita dan biasanya mengemukakan latar belakang atas berita yang ditulis.Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khlayak hendak dibawa.Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.Oleh karena itu, latar membantu penyelidikan bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.
Latar dapat menjadi alasan pembenaran gagasan yang diajukan dalam teks. Latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang diinginkan oleh wartawan, dalam berbagai kasus biasanya maksud atau isi utama tidak dibeberkan dalam teks tetapi dengan melihat latar apa yang disajikan dan bagaimana penyajiannya, dapat di analisis apa maksud yang tersembunyi yang ingin dikemukakan oleh wartawan. Contoh:
Pemberitaan mengenai komunisme dengan usulan pencabutan Tap MPRS XXV/1966.Teks berita bisa jadi tidak secara eksplisit setuju/ tidak setuju mengenai pencabutan TAP MPRS tersebut. Akan tetapi kalau misalnya dalam teks tersebut disajikan latar berupa berbagai kesalahan yang pernah dilakukan oleh PKI, dari pembantaian sampai pemberontakan, secara implisit dan tersembunyi teks itu sebenarnya ingin menyatakan ketidaksetujuannya dengan pencabutan Tap tersebut dan menegaskan alangkah berbahanya kalau Tap tersebut dihapus”
4.  Detail
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit kalau hal itu merugikan kedudukannya. Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
Detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagian mana yang dikembangkan. Yang harus deperhatikan dalam detail adalah keseluruhan dimensi peristiwa yang diuraikan secara panjang lebar dan uraian mana yang diuraikan dengan detil yang sedikit. 
5.  Maksud
Elemen maksud hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.dalam konteks media elemen maksud menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.
6. Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau pilihan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang menghubungkannya.
Webster (dalam Tarigan, 2009:100) mendefinisikan koherensi sebagai berikut:
1.     kohesi; perbuatan atau keadaan menghubungkan, mempertalikan;
2.     koneksi; hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lain yang rapi, beranjak dari hubungan alamiah bagian-bagian atau hal-hal satu sama lain, seperti dalam bagian wacana, atau argumen suatu rentetan penalaran
Ada pakar yang mengutarakan bahwa koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga pesan yang dimaksud dapat dengan mudah dipahami. Sarana penghubung koherensi terdiri atas beberapa hal. Pertama, aditif atau penambahan yang ditandai dengan penggunaan dan, juga, lagi, pula. Kedua, sarana penghubung rentetan atau seri yang ditandai dengan penggunaan pertama, kedua, berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya. Ketiga, sarana penghubung pronominal yang ditandai dengan penggunaan saya, mereka, ini, itu, sana, dan lainnya. Keempat, sarana repetisi. Kelima, sarana sinonim atau padanan kata. Keenam, sarana keseluruhan atau bagian.Ketujuh, sarana kelas ke anggota.Kedelapan, sarana penekanan.Penekanan dapat ditandai dengan penggunaan nyatalah, jelaslah, sudah tentu, sebenarnyalah, dan lainnya.
7. Pengingkaran
Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan cara wartawan menyembunyikan sesuatu yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumen atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut.Dengan kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan gagasannya kepada khalayak.



Contoh:
Tanpa pengingkaran
Komunisme di banyak negara sudah mati.
Tanpa pengingkaran
Komunisme sewaktu-waktu dapat hidup.
Pengingkaran
Memang komunisme di banyak negara sudah mati, tetapi sewaktu-waktu dapat hidup kembali.

8. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas (apakah A menjelaskan B, atau apakah B yang menjelaskan A). Dalam kalimatyang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif, seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Kasus penembakan mahasiswa oleh polisi dapat disusun ke dalam bentuk kalimat aktif, boleh juga kalimat pasif. Polisi membunuh mahasiswa”, menempatkan polisi sebagai subjek. Dengan penempatan polisi di awal frasaatau kalimat, memberi glorifikasi atas kesalahan polisi. Sebaliknya, kalimat mahasiswa dibunuh polisi, polisi ditempatkan secara tersembunyi. Makna yang muncul dari susunan kalimat ini berbeda, karena posisi sentral dalam kalimat kedua ini adalah mahasiswa.
9. Kata Ganti
            Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti ‘saya’ atau ‘kami’ yang menggambarkan sikap resmi komunikator semata-mata. Sedangkan kata ganti ‘kita’ menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunikasi tertentu.
            Pemakaian kata ganti yang jamak seperti ‘kita’ (atau ‘kami’) memunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian publik, serta mengurangi kritik dan oposisi (hanya) kepada diri sendiri. Kalau kata ganti ‘kita’ diapakai untuk menunjukkan tidak ada batas antara wartawan/komunikator dengan khalayak, kata ganti ‘kami’ dan ‘mereka’ justru menciptakan jarak dan memisahkan antara pihak ‘kami’ dengan ‘mereka’.
Contoh penggunaan kata ganti:
a.    kata ganti ‘saya’       : Saya menginginkan Gus Dur puasa bicara potik.
b.    kata ganti ‘kita’         : Kita menginginkan Gus Dur puasa bicara politik.
c.    kata ganti ‘kami’       : Kami menginginkan Gus Dur puasa bicara politik.
d.    kata ganti ‘mereka’  :Mereka menginginkan Gus Dur puasa bicara
politik.
10. Leksikon
            Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Misalnya kata ‘meninggal’ memunyai kata lain: mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dsb. Pilihan kata-kata yang diapakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda.  Peristiwa terbunuhnya mahasiswa dapat disajikan dengan kata-kata ‘pembunuhan’, ‘kecelakaan’, atau bahkan ‘pembantaian’.Demonstrasi mahasiswa dapat dilabeli sebagai ‘pengacau keamanan’, tetapi dapat juga dilabeli sebagai ‘pahlawan rakyat’.Label ini diapakai bergantung kepada wartawan/komunikator yang memakai kata-kata tersebut.
a.    Polisi melakukan kekerasan terhadap mahasiswa yang tengah demonstrasi.
b.    Polisi membunuh mahasiswa yang tengah demonstrasi.
c.    Polisi membantai mahasiswa yang tengah demonstrasi.
11. Praanggapan
            Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.Kalau latar berarti upaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Misalnya, seorang mahasiswa yang setuju dengan gerakan mahasiswa akan memakai praanggapan berupa pernyataan ‘perjuangan mahasiswa menyuarakan hati nurani rakyat’. Pernyataan ini adalah suatu premis dasar yang akan menentukan proposisi dukungannya terhadap gerakan mahasiswa pada kalimat berikutnya. Setelah pernyataan itu, umumnya akan diikuti oleh pernyataan yang isinya mendukung gerakan mahsiswa. Pernyataan itu mengandaikan bahwa perjuangan mahasiswa itu murni, tidak dipengaruhi oleh motif politik.Sehingga setiap demonstrasi mahsiswa harus didukung karena menyuarakan suara rakyat.
Contoh perbandingan yang tanpa praanggapan dan mengandung praanggapan:
a.  Tanpa Praanggapan: Presiden Gus Dur mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1966.
b.  Praanggapan: Presiden Gus Dur mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1966. Kalau usul ini diterima, PKI bisa bangkit kembali.
Argumen yang diberikan oleh media ini dapat disebut sebagai praanggapan, karena kenyataannya belum terjadi tetapi didasarkan pada anggapan. Apakah kalau Tap MPRS itu benar-benar dicabut, PKI benar-benar akan hidup? Apakah rakyat dengan semudah itu tertarik dengan PKI?Tidak ada bukti yang mendukungnya.Meskipun berupa anggapan, praanggapan umumnya didasarkan pada ide common sense, praanggapan yang masuk akal atau logis sehingga meskipun kenyataannya tidak ada (belum terjadi) tidak dipertanyakan kebenarannya.Orang sudah terlanjur menerimanya.
12. Grafis
              Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar.Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.
              Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.Misalnya ingin menonjolkan keberhasilan suatu program dengan jalan menampilkan tabel keberhasilan yang telah dicapai.Dalam wacana yang berupa pembicaraan/lisan, ekspresi ini diwujudkan dalam bentuk intonasi dari pembicara/penutur yang memengaruhi pengertian dan menyugesti khalayak pada bagian mana yang harus diperhatikan dan bagian yang tidak.
              Elemen grafik memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan/difokuskan. Melalui citra, foto, tabel, penempatan teks, tipe huruf, dan elemen grafis lain yang dapat memanipulasi secara tidak langsung pendapat ideologis yang muncul.
13. Metafora
              Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita.Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suciyang semuanya dipakai untukmmemperkuat pesan utama.
2.2. Kognisi Sosial
            Van Dijk memandang analisis wacana tidak hanya  terbatas pada struktur teks saja. Tetapi juga membongkar makna yang tersembunyi dari teks. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi berita. Untuk membongkar makna teks digunakanlah skema sebagai model. Skema itu yakni:
a.    Skema person, menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
b.    Skema diri, berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
c.    Skema peran, bagiamana seseorang menggambarkan peranan yang ditempati seseorang dalam masyarakat.
d.    Skema peristiwa, menafsirkan setiap peristiwa.

Kognisi sosial dan produksi berita.
Wartawan menggunakan model untuk memahami peristiwa yang tengah diliputnya. Model itu memasukkan opini, sikap, perspektif, dan informasi lainnya. Menurut van Dijk, ada beberapa strategi yang dilakukan, yaitu:
a.    Seleksi, strategi yang kompleks yang menunjukkan bagiamana sumber, peristiwa, informasi diseleksi oleh wartawan.
b.    Reproduksi, berhubungan dengan apakah informasi dikopi, digandakan, atau tidak sama sekali oleh wartawan.
c.    Penyimpulan, berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan ringkas.
d.    Transformasi lokal, berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan.
           
2.3. Analisis Bingkai (Framing Analysis)
2.2.1. Konsep Framing
Analisis bingkai pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membuat realitas.
Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Konsep framing diadopsi dari ilmu psikologi. Dalam praktiknya, framing membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya.
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan bertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui perspektif yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu pada akhirnya menentukan fakta yang diambil, bagian yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta berita diarahkan.
Menurut Erving Goffman, secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan mengklasifikasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk memahaminya. Skemata interpretasi disebut frames, yang memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi, dan memberi label terhadap peristiwa serta informasi.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam,framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. Di balik semua ini, pengambilan keputusan mengenai sisi yang ditonjolkan, tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita.
Penonjolan merupakan proses membuat informasi menjadi lebih bermakna. Realitas yang disajikan secara menonjol ataumencolok sudah tentu memiliki peluang besar untuk diperhatikan dan memengaruhi khalayak dalam memahami realitas. Karena itu, dalam praktiknya framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana. Misalnya, penempatan yang mencolok (menempatkan di headline, halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.
2.2.2. Teknik Framing
Secara teknis, seorang jurnalis tidak mem-framing seluruh bagian berita. Hanya bagian dari kejadian-kejadian (happening) penting dalam sebuah berita saja yang menjadi objek framing jurnalis. Menurut Entman, framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni: pertama, pada indentifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif atau negatif apa; kedua, pada identifikasi penyebab masalah (causualinterpretation), yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah; ketiga, pada evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah; dan keempat, saran penanggulangan masalah (treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksikan hasilnya. Untuk lebih jelasnya, keempat cara tersebut dapat dilihat pada skema di bawah ini:










Skema framing Robert Entman

Sekurang-kurangnya, ada tiga bagian berita yang bisa menjadi objek framing seorang wartawan, yakni judul berita, fokus berita, dan penutup berita. Judul berita di-framing dengan menggunakan teknik empati, yaitu menciptakan “pribadi khayal” dalam diri khalayak, sementara khalayak diangankan, menempatkan diri mereka seperti korban kekerasan atau keluarga dari korban kekerasan, sehingga mereka dapat merasakan kepedihan yang luar biasa.
Setelah itu, fokus berita di-framing dengan menggunakan teknik asosiasi, yaitu menggabungkan kebijakan aktual dengan fokus berita. Kebijakan yang dimaksud adalah penghormatan terhadap perempuan. Dengan menggabungkan kebijakan tersebut dalam fokus berita, khalayak akan memperoleh kesadaran bahwa masih ada kekerasan terhadap perempuan, sekalipun usaha untuk menguranginya sudah dilakukan oleh berbagai kalangan. Selanjutnya, penutup berita di-framing dengan menggunakan teknik packing, yaitu menjadikan khalayak tidak berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita.
2.2.3. Model Framing
            Terdapat dua model tentang perangkat framing yang digunakan sebagai metode framing untuk melihat upaya media mengemas berita. Pertama, model Pan dan Kosicki yang merupakan modifikasi  dari dimensi operasional analisis wacana van Dijk. Kedua, model Gamson dan Modigliani.
            Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita memunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan).Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
            Pertama, struktur sintaksis. Struktur ini dapat diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan penyusunan peristiwa oleh wartawan-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa –ke dalam bentuk susunan kisah berita.  Dengan demikian, struktur sintaksis  dapatdiamati dari headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan lainnya).
            Kedua, struktur skrip melihat strategi penceritaan atau pertuturan yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Ketiga, struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya ata peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat pemahaman yang diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil.  Keempat, struktur retoris, berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu.

Kerangka Framing Pan dan Kosicki
STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
UNIT PENGAMATAN
SINTAKSIS
Cara wartawan menyusun fakta
1.  Skema berita
Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup
SKRIP
Cara wartawan mengisahkan fakta
2.  Kelengkapan berita
5 w + 1 h
TEMATIK
Cara wartawan menulis fakta
3.  Detail
4.  Maksud kalimat, hubungan
5.  Nominalisasi antarkalimat
6.  Koherensi
7.  Bentuk kalimat
8.  Kata ganti
Paragraf, proposisi
RETORIS
Cara wartawan menekankan fakta
9.  Leksikon
10.   Grafis
11.   Metafor
12.   pengandaian
Kata, idiom, gambar/ foto, grafik


DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.








1 komentar:

  1. Luar biasa juga ini Blog Saudarakueee....
    mencerahkan trimaksih!!!!!!

    BalasHapus